Tuesday, December 21, 2010

My Oldtimer

Panggil saja dia Pak Yoyo. Walau sebetulnya namanya Jojo Subagio. Maklum era kelahirannya dulu J adalah bentuk tulisan untuk huruf Y. Lahir tepat di ualng tahun ke 5 negeri ini, Pak Yoyo menggemari dunia musik dengan bergabung pada band kumpulan anak-anak muda di sebuah desa nun jauh di Jawa Barat sana. Desa yang bangga mengklaim dirinya sebagai penghasil genteng terbaik di negeri ini.

Siapa sih sebetulnya pak Yoyo ini? Bukan, dia bukan tokoh yang menginspirasi Dedi Setiadi untuk menciptakan tokoh Jojo dalam serial Jendela Rumah Kita. Sebuah serial yang melambungkan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf di tahun 1990 silam. Dia hanyalah ayah saya. Ayah yang membesarkan saya dengan segala kegundahannya mendapatkan anak perempuan dengan kepala sekeras batu milik saya.

Ayah saya sungguh bukanlah ayah terhebat di dunia seperti Mr. Huxtable atau juga David Seaver di derial Growing Pains. Ayah saya tipe laki-laki yang gak banyak ngomong. Laki-laki yang irit tertawa seirit omongan dari mulutnya. Laki-laki yang sedikit tempramental yang mungkin buah dari masa kecilnya yang dibesarkan kerasnya dunia.

Sakit iritnya kata yang keluar dari mulutnya tak pernah saya mendengar pujian keluar dari mulutnya seberapa pun besar dan tingginya prestasi akademik yang sudah saya raih. Saat saya ikut lomba cerdas Tangkas P4 hingga 1 level di bawah Provinsi tak jua saya dengar pujian apapun darinya. Begitu juga setiap angka 9 tersemat di raport saya, tak ada apapun.

Jadilah saya terbiasa untuk tidak mengharapkan apapun keluar dari mulutnya. Saya justru belajar bahwa kalau beliau berkomentar maka berarti kenakalan dan kebadungan saya sudah tak terhingga. Iya, beliau baru mengeluarkan kata=kata untuk sekedar memarahi atau bahkan memelototi saya yang kerap kali berulah macam-macam.

Tapi kemudian dunia saya dan ayah saya berubah. Paling tidak buat saya. Hari Minggu lalu saat saya sedang berkemas Pak Yoyo bertanya, "pulang sekarang?". Iyalah saya kan harus kembali memerah keringat hihihi. Lalu yang tak terdugapun terjadilah. Pak Yoyo dengan suaranya yang tidak biasa berkata pada saya, "Makasih ya sudah bantuin papah masakin buat emang-emang yang kerja, makasih  sudah ngejagain mamah, makasih sudah ngasuh Eneng dan makasih banyak sudah membantu kebutuhan lahirnya Otong juga bantuin teteh. Semoga rezekinya makin banyak".

Gubrakssss.....

Ah telinga saya gak salah dengerkan? Tidak dalam 1000 tahun sekalipun saya bermimpi mendengar itu keluar dari mulutnya. Bermimpipun saya gak berani. Pak Yoyo bisa mengatakan itu pada saya, anak perempuan badung yang kerapkali merusak ketenangan di rumah dengan keberisikan yang dibuat? hey you, sure you're Ok sir? hehehehe.

Tapi percayalah saya tersenyum sendiri. Bukan karena geli pada nada bicaranya yang kaku yang jelas menunjukkan ketidaknyamanannya untuk mengatakan kata-kata yang tidak biasa ia ucapkan itu. Saya tersenyum karena saya tahu itu cara ayah saya, iya pak Jojo Subagio buat menyatakan rasa sayang pada anak dodolnya ini.

You are welcome sir....

No comments: