Saturday, November 19, 2016

22


Gambar terkait

Dulu diakala saya muda *ehmmm*. Saya sempat merasa takut banget yang namanya ngalamin tua. Yaaa buat saya sih umur diatas 30 tahun itu udah tua beeng hahaha.

Yang kebayang itu nenek saya yang suka dan rajin pake kebaya emak-emak lengkap dengan kain sinjang dannnn kutag emak-emak yg mirip kantong doraemon itu. Atau kalau gak sih ya model nyokap dulu yang demennnn banget pake daster di rumah. Fiuhhhh....

Bisa jadi ketakutan saya untuk tumbuh tua karena stereotipe yang disematkan pada perempuan in the middle age begitu. Yang mulai wajahnya mengkerut model apel kisut gitu, ditambah tetelan di sekujur tubuh yang kalau dilego ke tukang baso pasti mahal banget. Belum lagi gambaran kalau perempuan umur segitu ya gitu deh bajunya gak bisa modis and gaya kayak ABG.

Hey, ternyata saya salah. Enggak salah banget sih cuman banyakan salahnya juga *tetep biar kelihatan bener hahaha* *toyorrrr*

Saya ingat sebuah tulisan yang bilang kalau perempuan itu berdandan bukan buat suaminya atau pacarnya tapi justru buat perempuan lain. hahahaha seriously!! 

Gimana enggak, yang paling comel dan paling sadis kalau berucap atau ngomentarin penampilan kita itu ya siapa lagi kalau bukan perempuan lainnya? Mulai dari "ih kok gendutan", "Olahraga atuh kok tas pinggang nyampe di punggung segala". Itu baru soal tubuh yang melar. Coba kalau tubuh kita mengurus. Wuihhh udah beda lagi dahhhh....hahahahaha

Dibilang lagi sedih ya? dibilang susah ya hidupnya? lakinya gak ngebiayain? Wadohhhh panjang cyinnn *pijit-pijit alis*

Makanya ya kalau ada istri atau pacar loe bilang bentar ya tunggu 5 menit lagi beres dandannya. Itu artinya loe sebagai lakinya bisa tidur lagi, olahraga dikit, cuci mobil, sarapan, mandi. HAHAHAhAHAHAHA asli lohhh....

Itu baru soal penampilan. Comelan soal lain lagi wuihhhh jauh lebih kejam say. Makanya kalau dibilang ibu tiri itu kejam saya sih gak terlalu setuju. Perempuan itu kejam sama perempuan lainnya. Itu yang betul!!!

Balik lagi soal umur. Bayangan mengerikan saya tentang umur berubah seiring perjalanan. Klo dulu ngebayangin nikah umur 30 itu pasti dibilang perempuan gak laku, perawan tua. Pas ngalamin sendiri kok ya gak berasa gitu. Punya anak umur 35 tuh kayaknya udah freak banget, kok nyatanya enggak ya?

" Age is whatever you think it is. You are as old as you think you are". Muhammad Ali

Yup i agree. 1000000 times very very very agree. Hahahahaha

Tapi beneran saya seringkali lupa sebenarnya berapa sih umur saya. yah bisa jadi memang saya yang suka ngeblank sama itung-itungan tahun berapa dikurangi tahun lahir saya jadi berapa tahun tuh umurnya. Ato bisa jadi karena saya merasa am not that old as shows on my id card hahahaha *kibas poni*

Jadi ya saya seringkali merasa kalau umur saya baru sekitar 22 tahun. Eh kenapa kok 22 yang saya pilih? Bukan 17 atau yah usia yang lebih muda dari itu?

Bisa jadi sih karena saya merasa umur segitu tuh seperti buah yang sedang ranum-ranumnya. Ibarat apel, ia nampak merah namun belum memerah sepenuhnya. Penuh air. juicy. Manis tapi sekaligus juga asam. Menyegarkan bukan hanya dilihat tapi juga buat dimakan. 

Beda tentunya dengan umur 17. Beuh itu sih masih hijau pisan. Masih lugu. masih mudah ditipu. masih terlalu masam. Belum terasa manisnya. Hahahahaha ngarang abis deh gueh....

My life isn't that perfect. I don't have a good job with a good career and off course with a high salary. Still living in my parents house. Wherever i go i use public transportation or by walking. But you know, i am happy. Lagian hidup yang sempurna itu kayak apa sih? Bukankah mensyukuri setiap apa yang kita miliki itu lebih dari sebuah kesempurnaan? *benerin sorban*

Mungkin saya merasa selalu muda karena hidup ditengah-tengah anak-anak didik saya yang rata-rata umurnya 4-6 tahun. Huaaaa bersama mereka setiap harinya selalu menjadi hari yang indah. Menakjubkan rasanya ketika saya bisa memberi mereka stimulasi untuk pengetahuan mereka. Melihat mereka tumbuh dan semakin pintar dan meninggalkan sekolah. Nah bagian terakhir ini yang baru keliatan tue nya saya *tutupin uban. Pikok mana pikok hahahahaha*

Hidup memang gak selalu indah. kadang apa yang saya rencanakan dan inginkan hanya tinggal keinginan saja. Tuhan punya rencana lain. But hey, life is a mistery to be solved right?

So sist, jangan pernah takut sama omongan orang lain ya. Orang lain mah gak pernah tau gimana hidup kita. Di setiap pintu yang tertutup kita gak pernah tau seperti apa di dalamnya kecuali kita hidup di dalamnya.

Gak tau dengan anda, tapi saya sih menikmati hidup saya yang seperti roller coaster ini. Menikmati setiap helaian uban di kepala yang tumbuh. And.....gak peduli omongan orang

I don't know about you, I may be 38 now but I'm feeling 22. Everything will be alright. If we just keep dancing like we're 22

Monday, November 14, 2016

Tears In Heaven



Would you know my name, if I saw you in heaven. Will it be the same if I saw you in heaven. I must be strong, and carry on, cause I know I don't belong here in heaven -- Eric Clapton


Hasil gambar untuk intan olivia marbunPada tanggal 20 Maret 1991 tepat jam 11 siang, anak laki-laki berusia 4 tahun yang bernama Conor Clapton, meninggal karena terjatuh dari jendela lantai 53 di apartemen New York City. Iyah bener Conor ini adalah anak lelaki dari Eric Clapton, musisi yang suaranya garang-garang romantis mendidih itu.

Kematian Conor menjadi kesedihan mendalam bagi Eric Clapton. Selama 9 bulan Clapton benar-benar berkubang dalam rasa duka yang mendalam. Saking berdukanya Calpton bahkan tak ingin tampil lagi bernyanyi. Meski pada akhirnya Clapton kembali ke panggung musik, tapi Clapton sudah berubah. Musiknya telah berubah menjadi lebih lembut, lebih kuat, dan lebih reflective.
Tears in Heaven, lagu yang saya kutip di atas adalah cara Clapton menuangkan kesedihannya dan merupakan bentuk penerimaannya terhadap kematian Conor. Lagu ini dibuat Clapton bersama rekannya Will Jenning. Lagu ini dipakai sebagai soundtrack film Rush pada tahun 1991. namun siapapun tahu lagu ini adalah cara Clapton untuk mengenang Conor.
Sakit. Itu bahasa yang paling sederhana untuk mengungkapkan rasa dari setiap orang tua yang harus kehilangan anaknya. bahkan kalau mengutip Dumbledore, tidak sepantasnya orang tua menguburkan anaknya.
But eventually, shit do happens.
Saya sendiri gak bisa ngebayangin gimana rasanya kalau saya ditinggal Tian. Mungkin dunia saya akan runtuh saat itu juga. Well, you don't need to say to me, anak itu titipan Tuhan. Saya mengerti itu. Tapi manusiawi kan kalau kemudian saya tak ingin apapun terjadi pada jagoan sholeh saya itu?
Lalu kalau Eric Clapton kemudian bisa berubah 180 derajat lahu-lagunya sejak ia kehilangan Conor, bagaimana dengan saya atau orang lain?
Bagaimana dengan orang tua Intan Olivia Marbun, balita yang menjadi korban bom molotov di gereja Oikumene Samarinda?
Sungguh saya tidak mampu bahkan untuk sekedar membayangkan apa yang dirasakan ibunda Intan. Ibunda yang mengandungnya selama 9 bulan. Menjaga dan memelihara buah hatinya. menyusui, membiarkan diri kurang tidur hanya untuk menjaga Intan kecil terlelap tidur. Ia pun harus merelakan anak yang sedang lucu-lucunya, sedang pintar-pintarnya meniru segala yang dilihatnya, sedang semangat bermain meregang nyawa setelah sebelumnya menderita karena tubuhnya terbakar sangat parah.

Masya Allah sungguh saya tak bisa membayangkannya. 

Tian yang harus dirawat karena thypus saja sudah membuat saya begitu susah hati. Berdoa pada Allah kalau perlu saya mau menggantikan Tian yang berbaring sakit. Apalagi ini. Luka bakar. Untuk seorang balita.

Kalau sudah seperti itu, masih perlukah kemudian disebutkan lagi apa agama Intan? Apa Agama orang tuanya?

Saya bukan tak mengerti ketika banyak orang-orang yang kemudian mendua dengar berita kematian Intan ini. Mereka bilang sedih karena Intan meninggal dunia sekecil itu tapi disaat yang bersamaan mereka mengatakan tindakaal pelaku tidak salah. Dia hanya menyuarakan dan membela ajarannya. Oh really?

Yang menyedihkan sangat buat saya adalah kemudian teman-teman saya yang manis dan sholeh juga sholehah itu menyayangkan Intan meninggal bukan sebagai muslim. Kenapa? karena ia bukan muslim maka mencium bau sorga pun ia tak berhak.

Oh my......

Mohon maaf teman, saya hanya bisa mengatakan Al Quran yang jadi kitabnya saya jika Alquran dipadatkan maka pemadatannya ialah ketujuh ayat dari surah al- Fatihah. Jika dipadatkan lagi, maka pemadatannya terletak di dalam ayat pertamanya (basmalah), dan jika basmalah ini dipadatkan maka pemadatannya ialah Rahim atau cinta kasih. Love.

Let me says this darling Intan Olivia marbun, dead is next great adventure. So, saya memang marah pada pelakunya tapi sungguh saya tak merasa kasihan atau bersedih untuk Intan. She's in the right hand. The hand of God.

And as Dumbledore said; Do not pity the dead, Pity the living and all those who living without love.....

Sunday, November 6, 2016

Slow Down

Dannnn...akhirnya saya nulis juga deh di group wa. Habis gimana, makin kesini makin banyak deh yang ngeshare berita asal comot. Udah gitu yang komen juga suka ngasal. Ngikutin nafsunya aja *sodorinairminum*

Jadi yah ceritanya si daku ini akhirnya gerah sama group WA yang rajin bagiin berita hoax dan bohong. Awalnya diam aja. Mencoba menghargai setiap pendapat orang. Sambil juga lihat-lihat alias ricek berita yang mereka share itu. Mencoba jadi silent reader. Tapi emang dasar saya yang emang gatelan gak sukses akhirnya jadi silent readernya hahahahaha *benerinkerahbaju*

Si sayah akhirnya berceramah panjang lebar di group itu, duh jadi ngerasain juga gimana jadi SBY yang baperan huahahahaha. Keputusan yang bulat menggelinding ini akhirnya saya ambil gara-gara ada member yang nulisin tentang kata H di depan nama pak Jokowi adalah Herbertus. Pak Jokowi juga ditulis adalah anak orang cina. Tambahannya ituloh, si empunya cerita bilang ini yang bikin pak Jokowi gak keberatan selama jadi walikota Solo dan Gubernur Jakarta didampingi non muslim. DARRRRRRR.......!!!!!!

Helloooooo.......berita bohong nan basi yang sudah lebih dari 2 tahun itu masih diputar juga? Pliss dehhhhh!!! *kikirkuku*

Gini loh bapak dan ibu yang saya cintai *kasihbunga*, setiap orang memang punya hak buat menyukai atau tidak menyukai apapun. Tiap orang juga punya hak buat mengutarakn apapun yang ada dipikirannya. Lha wong kita tinggal dan hidup di negara demokrasi *haleyeah*. Tapiiii.....ada tapinya loh ya.

Tapinya itu buat saya sih cuman satu cobalah mendasarkan pilihan kita itu pada fakta dan data bukan pada asumsi subjektif. Bukankah kita yang jadi tenaga pengajar ini juga diminta buat memberikan penilaian yang objektif dan berdasarkan fakta bukan berdasarkan rasa buat krucil-krucil kita? Nah, kalau kita bisa melakukan itu buat anak didik kita kenapa gak bisa juga melakukannya buat yang lain? *benerinalis*

Kalau ibu sama bapak mau membenci presiden kita itu yak gak jadi masalah. Itu pilihan kok sama kayak kala saya memilih untuk gak makan wortel karena gak suka baunya *apa sih ini gak nyambung blas*
Tapi pliss deh jangan yang dijadikan referensi itu tulisn di medsos dari orang yang gak jelas. Tulisan yang udzurnya udah 2 tahun lebih model tulisannya Trio Macan 2000 kok ya masih di share. hadeuhhhh....ini udah tahun 2016 kelessss....

Lagian udah ketauan belangnya pan si empunya tulisan itu. Gak tau? Masak sih??? Haddeuh coba yuk itu smartphone nya dipake bukan cuman buat FB an doang. Itupan ada apps google nya, yuk coba diketik trio macan 2000. Ketemu? Belum?? hadeuh hapenya merek apa sih? *nunggu di lempar samsung*

Intinyamah ya bapak dan ibu, kita itu guru. rajin-rajin baca. Kuatkan literasi biar gak jadi korban berita bohong.Kalau berita bohong yang kita sebar, apakah gak membuat kita jadi tukang fitnah? Bukankah fitnah lebih kejam daripada pembunuhan?

"Breathe me in....breathe me out....Baby, slow down the song And when it's coming closer to the end hit rewind...."

Yes, slow down kalau kita nemu broadcast atau kiriman tulisan. Simak dulu baik-baik. Yang penting sih ricek ricek ricek ricek. Yukkk....pasti bisa