Tuesday, March 26, 2013

God Know Best

Tuhan Itu Maha Tahu. Karena KeMaha Tauannya itu enggak mungkin Tuhan Kagetan

Kalimat ini saya copy paste dari kata-katanya motivator super yang tiap Minggu malam saya tonton bareng mr rius dan Tian. Kenapa buat kepentingan tulisan ini saya kuti? Karena kebetulan apa yang dibilang sama bapak super itu bener adanya.

Tuhan selalu tahu apa yang terbaik buat saya. Sumpah, saya yakin banget sama hal itu. Eh enggak juga ding, kadang saya suka sibuk menyalahkan dan bertanya dengan nada bombay tentunya Why God, Why me? Misalnya soal mamah yang sakit. Saya sibuk bertanya dan menyalahkan uhan buat keadaan ini. Biasanya moment seperti ini bakalan datang di kehidupan saya kalau saya lagi gundah gulana dan enggak punya teman buat ngobrol. Atau saat menghadapi Tian yang semakin besar semakin punya banyak mau.

Beuhhh....pasti deh sinetron tersanjung aja kalah dengan segala kegundahan saya itu.

Bukan hanya soal itu. Soal mr rius yang sampai hari ini belum dapat pengganti tetap pekarjaannya yang dulu kerap kali membuat saya gundah gulana. Tapi, ya gitu untungnya tiap minggu saya di recharge dengan pikiran positif dari bapak super, Alhamdulillah enggak terlalu gundah gulana banget sekarang.

Saya yakin Tuhan punya maksud tertentu dengan membuat keadaan kami seperti sekarang. Huahahaha kalau kalian bilang itu hanyalah kata-kata penghibur lara? Yup, bisa jadi.

Tapi sudahlah... ada edisi lain soal itu.

Yang jelas sekarang saya paham benar bahwa Tuhan memang tahu yang terbaik buat hambanya.

Tuhan kasih saya pekerjaan sekarang ini dengan beban kerja seperti sekarang ini juga ada maksudnya sendiri. Yahhh biasalah di awal saya juga enggak langsung mengerti dengan maunya.

Saat ini saya dikasih tanggung jawab buat mengerjakan sepenuhnya program berita anak dari kantor saya. Mulai dari edisi radio samapai mengisi web, teitter dan facebooknya. Semua jadi tanggung jawab saya.

Okelah, dulu juga ini tanggung jawab saya walau tidak sepenuhnya karena saya juga berbagi dengan teman yang lain. Selain itu saya juga diberi pekrjaan lain seperti mengerjakan audio untuk iklan dan terkadan juga siaran di luar. malahan ketika awal saya bergabung di tempat ini, sayalah yang selalu keluar kota atau keluar kantor buat siaran. Namun, seiring dengan bertambahnya penghuni "rumah" kami, sayapun makin sering dikandangkan.

Gimana rasanya? Hemmm duluuuuu sekali saya merasa sedikit terabaikan. tersisihkan. Malahan jujur, saya sempat menganggap saya bukan lagi penghuni rumah ini. Bagaimana tidak. Satu per satu pekerjaan saya diambil alih oleh yang lain yang datang belakangan. Buruk sangkanya adalah apa yangs saya kerjakan dulu tidaklah bagus sampai kemudian saya dikandangkan.

Bicara soal harga diri buat seorang Scorpio, ya ini adalah harga diri sekali ya bo.

Saya malahan juga tidak lagi mengerjakan iklan-iklan yang dulu saya kerjakan sebelum cuti melahirkan. malahan saya pernah dengar selentingan kalau pengganti saya ini hebat banget bikin iklannya, dan gara-gara beliaulah iklan di radio kami jadi banyak kliennya.

Sakit hati? Awalnya. Tapi sungguh saya kemudian tidak lagi merasa begitu. Yah mungkin karena bapak super itu selalu bilang sabar itu imbalannya dari Tuhan xixixixixi.

Tapi benar loh kata bapak itu, Tuhan itu Maha Tahu. Tuhan tahu kalau saya cuma tinggal bertiga bareng mr rius dan Tian. Kalau saya sibuk saya enggak bakalan bisa lagi memegang Tian. Kalau saya pulang malam terus, Tian enggak bakalan bisa ketemu ibunya. Kalau saya siaran terus, saya juga mungkin enggak bisa masakin Tian lagi. Jadilah sekarang saya benar-benar merasa Tuhan itu sayangggggg banget sama kami. Khususnya pada Tian.

Tuhan tetap membiarkan ambunya Tian buat punya banyak waktu, tenaga dan pikiran hanya buat Tian dan abinya.

Ahh Tuhan, jatuh cinta lagi saya padaMu.

Monday, March 25, 2013

Working Mom

Beberapa bulan lalu saya sempat baca-baca tips seorang kawan yang saya kenal di dunia maya soal bagaimana menjalankan dua fungsi, sebagi ibu dan sebagai seorang pekerja. Ini tips dari blog kawan saya itu:
  • Buat rencana
Di kantor, biasanya kita “dituntut” untuk bisa menentukan rencana kerja beberapa waktu ke depan. Rencana itu biasa terpampang jelas di softboard atau meja kerja. Nah, untuk di rumah, saya pun mulai menyusun menu mingguan dan menempelnya di papan pesan. Manfaatnya, saya jadi lebih mudah menentukan bahan makanan yang harus dibeli dan diracik sebelumnya. (hari sabtu pagi, saya belanja ke pasar dan minggu pagi saya meracik bumbu-bumbu lalu menyimpannya dalam lemari pendingin). Acara memasak pagi-pagi sebelum ngantor jadi nggak ribet lagi. Lumayan menghemat waktu dan tenaga lho !
  • Koordinasikan saja
Pengaturan tugas di rumah juga harus dilakukan dengan jelas, lho. Meskipun pelaksanaannya kemudian bisa lebih fleksibel karena disesuaikan juga dengan kondisi, tetapi “pengaturan tugas” yang jelas akan membuat kita jadi lebih bertanggungjawab.
  • Pelaksanaannya…
Kita tak bisa bekerja sendiri bukan ? Seperti kepada atasan, rekan kerja atau bawahan di kantor yang biasa berhubungan secara lisan atau tulisan via notes atau email, pekerjaan atau pesan untuk orang rumah juga bisa disampaikan secara tertulis pada secarik kertas yang ditempel di papan pesan, kulkas atau whiteboard.
  •  Evaluasi rencana dan pelaksanaannya
Apakah Vel sudah minum vitaminnya ? Apakah titipan untuk tetangga sebelah sudah diberikan? Nah, sepulang kantor saya bisa mengeceknya dari checklist yang saya tinggalkan di papan pesan. Setiap selesai mengerjakan “tugas”, daftar tugas yang ada harus diberi tanda.

Berbekal tulisan teman ini, sayapun pede untuk menjalankan atribut baru saya sebagai....working mom (ah istilah ini memang keren terdengarnya heheheh).

Meskipun tentunya bakalan berbeda ya apa yang ditulis dalam artikel kawan saya itu dengan kehidupan saya sendiri. Misalnya, saya enggak punya si mbak yang akan saya serahi tanggung jawab buat mengurus rumah selama saya bekerja. Atao, saya juga enggak punya si mbak atau ibu atau siapapun lah yang bakalan saya mintai tolong menjaga Tian.

Saya cuma punya mr rius, abinya Tian. kami memang hanya tinggal bertiga. Makanya kalau kemana-mana pasti deh selalu bertiga.

Selain soal orang-orang yang dimintai membantu selama absennya saya di rumah, kami juga punya perbedaan mendasar yaitu, saya tidak tinggal di rumah. Kami memang tinggal di rumah kos-kosan tepat di belakang kantor lama. Meskipun saya pengen sekali memasak, kami tidak diijinkan untuk membawa kompor ke kamar. Jadilah, dengan siijin ibu kos, saya sering ikut memasak di dapurnya. Ini terutama setelah Tian mulai makan-makanan pendamping ASI.

Oke, saya berusaha membuat segala perbedaan itu bukanlah sesuatu yang bakalan membuat status saya sebagai working mom terganggu. Saya ingat nasehat seorang sahabat, kalau suami sudah merestui, bismillah saja, yakin pasti bisa.

Apakah semua seperti itu?

Huaaaaa saudara-saudara, ternyata TIDAK!! BIG NO!!!

Mr rius memang mengizinkan saya mengambil alih tugasnya sebagai pencari nafkah utama di keluarga, sementara ia belum lagi dapat pekerjaan baru. Maka dengan restunya, saya coba buat menjalani semuanya.

Ternyata enggak mudah ya bo buat bisa berada di semua posisi tanpa harus mengorbankan yang lainnya? Huks huks huks....

Saya memang sedikit lebih tenang karena Tian berada di tangan yang bisa saya percaya. Bapaknya sendiri. Namun tetap saja, saya ibunya. Maka hari-hari saya selalu berisi kegiatan rutin yang sama.

Pagi hari dimulai dengan ritual ibadah. Lalu saya mulai mebereskan rumah. Menyapu, mengepel, membereskan mainan Tian, membereskan tempat tidur, mencuci peralatan makan dan menyusui Tian. Setelah urusan semua itu selesai, giliran memasak makanan buat Tian. Ini biasanya baru bisa saya lakukan kalau ibu kos sudah membuka pintu dapurnya yang tepat di depan kamar kami. Untunglah kami boleh masak. Dengan begini Tian berhasil lolos dari perangkap makanan instant. Walau sekali dua saya kasih juga makanan instant hehehehe.

Oh ya, saya juga masih harus menyiapkan makan mr rius dan saya juga tentunya. Urusan enggak cuma nyampe disana. Selesai mandi biasanya saya harus menyusui Tian (salah satu tips ibu bekerja yang saya dapat juga dari artikel2) dan memeras ASI buat bekal selama saya mengantor. Urusan rumah baru selesai disini. Lanjut ke kantor.

Jam makan siang saya habiskan dengan pulang ke kosan membawakan mr rius makanan, mmenungguin Tian selagi abinya sholat dan makan, menyusui Tian dan memeras ASI.

Balik ke kantor. Sore, begitu lagi hanya kali ini tugasnya menunggui Tian saat abinya sholat ashar dan sekaligus memandikan Tian. Enggak lupa menyusui Tian dan memerah ASI.

Balik lagi ke kantor. Setiap Senin-Jumat, itu pekerjaan saya.

Cape? Kadang terasa begitu. Tapi entahlah, saya selalu berusaha berpikir positif. Paling tidak pp rumah-kantor akan bisa membantu saya menurunkan berat badan hehehehe.

Meskipun ridho, saya tahu apa yang saya kerjakan jauhhhh dari kata sempurna. Ngerti sih, saya juga bukan manusia yang sempurna. Kadang saya merasa serba salah. Misalnya, kalau kerjaan di kantor lagi banyak, ini membuat saya harus pulang telat. Nah kalau begini, yakin deh saya bakalan dimanyunin sama mr rius.

Hal sebaliknya juga. Beberapa orang mungkin menganggap saya seenaknya di kantor.

Ahhhh...menyenangkan semua pihak memang sulit ya.

Yah mungkin saya yang masih belum gape memanage waktu saya. Meskipun sekarang, saya berusaha buat jadi multitasking mom. Misalnya, sambil nyuci baju saya nyambi nyapu dan ngepel juga masak buat tian. Enggak lupa juga sambil menyiapkan sarapan saya dan mr rius. Untungnya mr rius bukan orang yang susah makan. Cukup susu dan roti isi, selesai.


Saya juga tidak lagi memerah ASI di rumah. Tapi di kantor meskipun di kubikel dan ditengah orang banyak. Pake apron saja. beres. kanapa saya memilih ini? Yah biar saya masih tetap bisa mengerjakan tugas saya di kantor buat menggugah berita di laman daring. Saya juga enggak makan di rumah. Makan sambil ngetik, meski ngetiknya pake jari 11 hehehehe. Lagi-lagi biar semua pekerjaan dan tugas saya bisa saya selesaikan.

Saya juga berusaha buat enggak menolak pekerjaan apapun yang dikasih ke saya termasuk siaran pagi di luar studio. Saya hanya harus menyesuaikan jadwal rutin tugas di rumah dengan kerjaan kantor. Misalnya, saya enggak mandiin Tian dulu tapi nanti setelah selesai siaran. Atau, saya enggak masak buat Tian tapi beli bubur yang sudah jadi.

Saya juga mengorbankan waktu saya buat bergosip ria dengan beberapa teman dekat. Meskipun, bergosip ria kesana kemari enggak ada juntrungnya ini jadi hiburan saya satu-satunya. But, hey sacrifice is a must!

Semua itu saya percayai sebagai langkah kompromi buat bisa berada dan menyenangkan hati semua orang, meskipun tetap ya....susahnya minta ampun.

Yah, mungkin benar saya yang harus lebih belajar lagi buat jadi ibu, istri dan pekerja yang baik. Minimal bener dulukan ya. Sempurna sih cita-cita.

Yang jelas, saya enggak berusaha buat minta dimengerti, dispesialkan atau apapun bahasanya baik itu oleh mr rius ataupun kantor. After all, i'm not the only  working mom in the office. Makanya saya juga enggak bisa dan enggak pernah minta di istimewakan.


ps: lerning lesson nya adalah: tinggallah dengan ibu/mertua ditambah punya babysitter dan asisten rumah tangga yang mumpuni! hehehehe