Showing posts with label my family. Show all posts
Showing posts with label my family. Show all posts

Sunday, June 8, 2014

Tian, You Had Me At Hello!

Bahagia. Kata itulah yang selama dua tahun ini menghiasi dang melengkapi kehidupan saya dan mr rius. Sejak kehadiran Tian dalam hidup kami, rasanya segalanya menjadi begitu indah dan membahagiakan. Oh iya, pasti ada juga dong masa-masa bete, kurang tidur ataupun masa-masa susah lainnya. Tapi ya semua itu gak ada artinya kalau melihat apa yang kami miliki saat ini bersama Tian.

===================================================
You had me at Hello. Itu kalimat yang paling bisa menggambarkan perasaan saya pada Tian. Sejak pertama kali melihatnyaa di layar monitor USG DSOG, saya langsung jatuh cinta padanya. Meskipun saat itu usia kandungan saya baru 1 bulan dan Tian masih terlihat hanya kantung saja belum berbentuk. Tapi mendengar detakan kehidupan dari rahim saya membuat saya langsung merasa dia selalu dekat dan ada buat saya. Dan itulah yang memang terasa.

Kehamilan Tian di trisemester pertama memang bukanlah hal yang mudah. Saya ngalamain apa yang disebut hyperemesis. Dan itu membuat saya justru kehilangan berat badan sampai 8 kg di awal kehamilan. Muntah dan mual disepanjang waktu jadi keseharian saya. Malahan di bulan pertama saya sampai diultimatum dokter untuk masuk RS karena tak ada sedikitpun makanan yang bisa masuk ke perut saya. Boro-boro masuk. Baru nyampe tenggorokan saja sudah langsung keluar lagi.

Banyak cara saya lakukan untuk membuat makanan berjaya samapai di usus. Mulai dari gak akan pedes sama sekali, minum wedang jahe, menghirup minyak kayu putih samapai menutup rapat-rapat kamar agar bau makanan tidak samapai di hidung saya. Hahahaha.....alhamdulillah sukses gagalnya. Bukan hanya gak bisa makan, melihat makanan saja bikin saya muntah. Padahal hanya di tayangan TV. Seolah-olah bau masakannya tercium sampai di hidung saya. Hadeuhhh....

Obat anti mual dari dokterpun gak mujarab. Meskipun saya suda bergenti-ganti merek obat dengan dosis yang katanya terus ditinggikan. Gak ngaruh.

Awalnya saya yakin ini semua bakalan selesai di trisemester pertama saja. Tapiiiii....sukses tuh berlanjut sampai saat saya mau melahirkan hahahahahaha. Hanya saja keadaan jauh lebih bisa saya kontrol ketimbang di bulan-bulan pertama.

Keberhasilan saya mengendalikan keinginan memuntahkan semua makanan yang masuk sebetulnya seiring sejalan dengan perkenalan saya pada Getle Birth. Perkenalan yang juga secara tidak sengaja terjadi.

Saat itu saya iseng browsing soal melahirkan. Dan saya nemu soal water birth. Cari punya cari saya nemu tuh kalau di Bandung ada jga ternyata yang melayani melahirkan di air ini. Berbekal baca di laman facebook milik provider yang melayani water birth inilah saya meemukan istilah baru. Gentle Birth. Perkenalanpun saya lanjutkan lebih dala dengan membaca tulisannya mas Reza Gunawan dan Dewi Lestari.

Membaca tulisan mereka itu membuat saya menangis. Rasanya kok bahagia banget ya? Rasanya kok indah banget ya?

Sayapun makin rajin membaca soal Gentle Birth. Meskipun banyak temen yang bilang hamil sayakan masih muda kok udah baca soal melahirkannya? Hey...bukannya kalau hamil ujungnya di melahirkan juga?Jadi rasanya sih gak salah. Lagian kemudian saya menemukan banyak hal kalau ternyata Gentle Birth gak melulu soal melahirkannya. Konsep inikan harus dimulai sejak awal. Sejak "mau bikin" malah harusnya hehehehe. Meskipun merasa agak terlambat, tapi saya merasa masih punya banyak kesempatan buat mengejar ketertinggalan soal Gentle Birth ini.

Langkah berikutnya setelah encari banyak referensi soal Gentle Birth adalah mengajak suami saya terutama buat tahu apa dan bagaimana Gentle Birth itu. Mulailah saya mengcopykan banyak bacaan buat Mr. Rius. Mengajaknya berdiskusi hingga mengajaknya ke seminar Gntle Birth yang waktu diadakan di Bandung oleh provider Water Birth yang saya ceritakan di awal tadi. Disanalah saya mulai mengenal Mbak Dyah Pratitasari. Saya juga ketemu sama bidan Tantri dan Bidan Okke. Senangnya bisa belajar banyak hal.

Seiring berjalanya waktu, saya mulai aktif membaca bukunya Bidan Yessie, laman Bidan Kita sampai ikut seminar di Rs Bunda. Saya, Mr Rius dan seorang teman yang hamilnya berengan jadi rajin belajar untuk mempersiapkan yang terbaik buat buah hati kami.

Gentle Birt membuat saya memahami apa maunya "Utun" di perut saya. Saya jadi tahu apa yang dia pengen makan da apa yang tidak. Dengen begitu frekuensi muntah saya jadi berkurang meskipun masih tetap muntah ya hahahaha. Saya juga masih bisa menghadapi dengan tenang situasi ketika air ketuban saya tiba-tiba rembes di bulan ke-8. Padahal saat itu saya hanya tinggal seorang diri di kamar kosan. Oh ya selama hamil saya tinggal sendiria di Jakarta karena Mr Rius tinggal di Bandung. Gentle Birth juga membuat saya "berdamai" dengan keadaan da rasa marah saya pada Tuhan, mamah dan keadaan. Maklum, ini kehamilan pertama saya dan saat itu mamah sudah semakin parah terserang dimentia. Dimentia yang diidap mamah ini membuat mamah tak lagi mampu mendampingi anak-anaknya. Jangankan mendampingi, mengingat anak-anaknyapun sudah tak bisa. Saya baru menyadari kemudian, sebagian emesis saya justru diakibatkan dari rasa amarah saya yang begitu besar pada keadaan ini.

Setiap kali periksa kandungan rasanya iriiiii sekali elihat orang lain yang datang ditemani oleh orang tuanya terutama ibu. Sementara saya? cukup diantar Mr Rius. Eh segitu juga Alhamdulillah ya, masih punya suami siaga hihihihi.

Sampailahsaya di minggu 39 dan utun masih belum enunjukkan tanda-tanda mau ketemu. Cemas? Pastilah. Sementara teman sekantor yang hamilnya berengan malah udah brojol duluan. Saya juga tinggal sendirian di Jakarta jauh dari keluarga dan suami. Akhirnya di minggu ini saya memutuska mengambil cuti melahirkan dan mengemasi segala barang-barang untuk pulang ke Bandung.

Bingung, cemas, takut. Wahhh semua jadi satu deh di masa-masa penantian ini. Berenang, jalan pagi, makan durian, makan rujak ekstra pedas sampai sibuk berbelly dance jadi menu utama selama cuti. Tak ada tanda-tanda utun mau ketemu saya.Ahh rupanya kesabaran saya diuji lagi nih.

Lucunya, saya pernah membujuk Utun buat lahiran di tanggal 6 Juni. Saya pengen banget Utun lahir sama dengan Presiden pertama RI. Tanggal 5 Juni waktnya saya kontrol ke Bidan Okke. Oh ya, sejak hamil minggu ke 37 saya berhenti ketemu DSOG dan saya rajin ketemu bidan. Luunya, saat mau menentukan kira-kira dimana ya saya akan ketemuan dengan Utun, saya dan Mr Rius mendatangi hingga 5 bidan dan 3 Rs Bersalin hahahahahaha. Eh itukan sesuai dengan petunjuk di Gentel Birth. Wawancarai dulu provider anda, cari tahu bagaimaa nanti pelaksanaan hari H nya. Ini juga kami lakukan sesuai dengan Birth Plan yang kami buat. Artinya meskipun kami sudah memilih untuk dibantu Bidan Okke, tapi kalau kenyataannya kami gak jodoh dengan bidan Okke, ya kami harus siap dengan rencana lainnya. Soal Birth Plan juga sudah kami susun dengan mereka yang kami pilih buat membantu kelahiran utun. Termasuk jika ternyata saya harus dioperasi.

Saat kontrol tanggal 4 Juni itu, sambil menunggu waktu kontrol, saya dan Mr Rius naik motor hingga ke Lembang. Huahahahaha ibu hamil tuasenangnya motor-motoran. Gak mual? Di jalan sih enggak. Tapi begitu sampai, ya langsung muntah xixixixi. Begitu samapai dan kami mau sholat, Bidan telepn fan bilang sudah bisa kontrol. Jadilah begitu samapai Lembang kami balik lagi naik motor ke Dago buat kontrol bidan. Ckckkckck......ibu hamil yang aneh.

Namun rupanya masi belum ada tanda bukaan sama sekali. Sedih? Iya dong

Sayapun sadar kemudian dan minta maaf sama utun. Saya yakin utun akan memilih sendiri waktu yang tepat buat ketemuan. Oh ya sedari awal saya sudah pernah bilang sama utun buat kasih tanda kalau mau lahiran. Misalnya nendang saya 3x dan saya bakalan pp ke kamar mandi. Tapi gak tau kenapa kok saya malah lupa ya sama hal ini?

Tanggal 6 Juni, sore hari, saya sengaja jalan kaki ke mini market dekat kompleks rumah. Berjalan kaki tentunya. Perjalanan sejauh 5km itu saya isi dengan ngobrol bareng utun. Biar ah dianggap gak waras karena ngobrol sendiri, yang penting bonding kami kuat hahahaha. Malam harinya hujan turun dengan deras dan membuat harus Mr Rius tidur di rumah orang tuanya sementara saya tidur di rumah orang tua saya. Sepanjang malam saya gak bisa tidur. Bolak balik ke kamar mandi. Pengen BAB. Herannya kok keluarnya cuman sedikit-sedikit ya? Padahal mulesnya banget. Jam 2 pagi tanggal 7 Juni saya baru sadar. Alamak janga-jangan ini tanda-tanda cinta dari Utun. Soalnya, sore hari saya juga sempet nemuin flek di celana meski hanya sedikit sekali. Saat itu saya abaika saja pertanda itu. Sayapun telepon Mr Rius dan bilang kayaknya besok musti ketemu bidan lagi deh. Mulas dan ada flek.

Pagi hari Mr Rius datang. Dan mulasnya makin menjadi. Siang hari saat kontrol ternyata benar, saya sudah bukaa 2. Ahhh senangnya. Meskipun sadarbelum tentu juga bisa ketemu epat. Tapi saya optimis segera ketemu Utun.

Sambil menunggu waktu, saya dan Mr Rius denga diantar teteh dan suaminya serta ponakan jalan-jalan sepanjang Pasteur hingga Antapani Bandung. Tadinya mau pulang dulu tapi rupanya Gelombang cinta Utun makin besar dan teteh menyarankan buat menunggu di tempat bidan aja. Jadilah saya sudah mondok dari ja 4 sore di tempat bersalin. Dan sudah bukaan 4.

Dengan kamar bersalin yang cukup cozy, didampingi keluarga bahkan ponakan yang baru berumur 1,5 tahun saya menyambut waktu kedatangan utun. Di tengah gelombang cinta yang makin terasa, saya masih sempat tertidur. Sakit? Hemmm iya sih tapi bidan dan mr rius terus mengingatkan buat nafas dan tenang. Mungkin karena ada musik pegiring dari Richard Clayderman dan The Beatles, rasa sakitnya menjadi jauhhh berkurang. Rupanya utun juga gak sabar ketemu ambunya. Maka bukaan komplitpun sudah terjadi pas jam 12 malam. Kira-kira sih bukaan yang saya alami terjadi setiap sejam.Crowning pertama utun saya melihat rambutnya yang lebat dan hitam. Haduhhhh jadi gak sabar xixixixixixi.

Lucunya pas bukaannya komplit, saya malaham enggak pengen lagi tuh buat mengejan hehehehe. Sampai kemudian akhirnya tepat pukul 00.30 pagi tanggal 8 Juni 2012 utun pun meluncur dan lansung di simpan di dada dan dekapan saya.

Hai handsome. It's mom. Ini Ambu sayang dan itu Abi.
Tian sesaat setelah dilahirkan


Senang, lelah, bahagia dan semuaaaaaa rasa tumplek jadi satu. Saking sibuknya memandangi tian dan memulai proses IMD, saya samapai gak ngerasain waktu bidan harus menjahit. Iya, saya masih harus dijahit juga meski hanya 2 gak gak terlalu panjang. Tak mengapa lah yang penting Tian lahir dengan sehat dan selamat.

Utun lahir pada saat pila Eropa dimulai. Itu sebabnya kami memberinya nama Bastian. Yah sedikit seperti Bastian Schweinsteiger, pemai bola asal Jerman.

Kami memilih proses burning cod saat melepaskan Tian dari kakak plasenta. Proses burning dilakukan setelah 10 jam kelahiran Tian.
kakak plasenta


===========================================

Saya tahu banyak hal yang tidak sempurna dari proses kelahira Tian kalau dilihat dari metoda Gentle Birth. Saya masih mengejan, saya juga masih mengalami sobekan. Tapiii itu suda cukup. Gentle Birth bagi saya membuat saya memahmi apa arti tanda-tanda yang diberikan oleh tubuh saya. Apakah ia menolak atau menginginkan sesuatu.Gentle Birth juga membuat saya jauh lebi bersabar. Dan sungguh ilmu itu terpakai samapai saat ini. Meski terkadang saya kesal dan marah pada Tian, namun saya segera sadar kalau pasti ada sesuatu yang mungkin diinginkan Tian yang saya gak mengerti. Gentele Birth membuat saya mampu memahami, meski gak selalu, apa mau Tian.

Saya ingat, saat pulang dari tempat bersalin, 52 jam setelah kelahirannya, Tian menangis terus. Disusui gak mau. Digendong tetap menangis. Sayapun panik. Semua keluarga yang saat itu menengok ke rumah mengajukan pemikiran mereka masing-masing. Ahhhh riweuh bin ribet deh semua. Samapai pusing dan membuat saya down. Sayapun menangis. Haduhhh baby blues nih pikiran saya. Tapi saya ingat kemudian hal yang biasa saya lakukan saat hamil setiap kali saya mual dan muntah hebat, ngobrol dengan Tian.

Pintu kamar saya kunci. Mr Rius saya minta menggendong Tin. Saya diam sesaat. Menghela nafas panjang. Mengubah pikiran positif menjadi negatif. Saya setel lagu yang biasa saya dengarkan saat melakukan relaksasi dan ngobrol dengan Tian. Tianpun saya gendong kembali. "Ade Tian sayang, maafkan ambu ya nak. Ambu enggak ngerti maunya ade apa samapai ade menangis begini. Ambu sayang sekali sama ade. Ini pertama kalinya ambu jadi ibu. Ade juga pertama kalinyakan jadi anak dan lahir ke dunia? Nah gimana kalau kita sama-sama belajar? Ambu belajar ngerti apa maunya ade dan ade belajar mengerti ambu yang masih kaku. Yuk sayang. Bisakan? Pelan-pelan ya kasih tahu ambu apa maunya ade."

Ajaib, tangis Tian pun reda. Saya bisa menyusui Tian kembali. Baru beberapa menit kemudian saya sadar ternyata Tian gak suka dengan puting kiri saya. Rupanya puting kiri saya kurang panjang dan enak di lidahnya dibandingkan yang kanan. Sayapun tidak memaksakan Tian menyusu dari Pd Kiri. Untuk bisa menyusui denga PD Kiri, setiap kali hendak menyusui saya harus memompa dulu putingnya hingga lebih berbentuk seperti puting PD Kanan.Kemampuan membaca apa yang diinginkan bayi inilah hasil nyata Getle Birth bagi saya.

Oh ya, saya ingat saat seminar Gentle Birth di Bandung, ada seorang ibu yang bertanya apakah benar bayi Gentle Birth itu gak bikin ibu bapaknya begadang? Saat itu mbak Prita bilang, iya.Entah gimana kok saat itu saya merasa kita sebagai orang tua kok egois ya hahahaha. Kesannya pengen enaknya aja sampai gak mau juga kebagian begadang. Padahal dede bayikan punya jam biologisnya sendiri yang gak bisa diatur semaunya sama orang tuanya? Atau barangkali baby punya keinginan yang gak dimengerti oleh orang tuanya.

Saya paham bahwa proses kelahiran Tian masih jauh dari Gentle Birth. Tapi bagi saya, Gentle Birth sudah mengajarkan saya untuk lebih bisa paham bagimana menghadapi kehamilan, proses melahirkan dan sesudahnya. Tian kini sudah tumbuh besar. Meski tubuhnya tidak gemuk bahkan cenderung kurus, Tian sanagat aktif dan cerdas. Dia sudah bisa berjalan di umur 9 bulan. Hafal lebih dari 20 lagu-lagu anak dan surat Al Fatihah di usia 22 bulan dan yang jelas yang mebuat saya bangga adalah Tian selalu bisa menghibur saya di kala saya sedih. Beberapa kali saat setelah sholat saya menangis, Tian langsung memeluk dan mengelus punggung saya. Ahhhh terima kasih Tuhan. Malaikat mu suda turun di rumah kami.




Monday, April 15, 2013

Melawan Lupa

"Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa...."

Potongan lirik lagu odong-odong yang rajin saya nyanyikan buat nidurin Tian. Entah mungkin suara saya yang terlalu enak didengar atau karena Tian malas mendengar ambunya melolong, biasanya sih otomatis kepala Tian direbahkannya ke pundak saya dan ia langsung tertidur kalau saya sudah samapai di lagu itu (yang biasanya sudah lagu ke 77 dinyanyikan buat menina bobokan Tian hehehe)

Entahlah kenapa lagu itu selalu ada di alunan tidurnya Tian. Mungkin karena nadanya yang enak buat boo atau mungkin karena liriknya yang dalammm sekali. Entahlah. Yang saya tahu setiap kali saya menyanyikan itu selalu rasa itu yang muncul. Dan sesudahnya bisa ditebak, mata sayapun berkaca-kaca.

Lagu itu mengingatkan saya pada sosok mamah. Perempuan yang sudah mengandung dan melahirkan saya juga membesarkan saya di dunia ini.

Eitsss tenang, mamah masih hidup kok. Setidaknya setiap sebulan sekali saya pulang ke Bandung, saya bisa melihat sosok beliau. Tapi ya cuman samapai disitu saja. Cuman fisiknya saja yang saya bisa lihat dan raba. Lainnya? Saya tak tahu keman perginya.

Oke, sebelum hadirot sekalian bingung saya harus samapaikan kalau mamah saya saat ini tengah sakit. Para ahli menyebutnya sebagai dimentia atau pikun dini.

Demensia (bahasa Inggris: dementia, senility) merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.[1] Demensia bukan berupa penyakit dan bukanlah sindrom.
Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
Banyak penyakit/sindrom menyebabkan demensia, seperti stroke, Alzheimer, penyakit Creutzfeldt-Jakob, Huntington, Parkinson, AIDS, dan lain-lain. Demesia juga dapat diinduksi oleh defisiensi niasin.[2]
Demensia pada Alzheimer dikategorikan sebagai simtoma degeneratif otak yang progresif. Mengingat beban yang ditimbulkan penyakit ini, masyarakat perlu mewaspadai gangguan perilaku dan psikologik penderita demensia Alzheimer.[3

Nah itu kira-kira pegertian dimensia menurut situs wikipedia.

Dan itulah pula yang sekarang tengah dialami mamah. Secara fisik tampilannya adalah seorang perempuan usia 62 tahun. Namun, segala tindak tanduknya tak lebih dari seorang anak usia 5 tahun. Inilah yang kemudian membuat saya selalu bingung kalau ditanya orang bagimana keadaan mamah. Beliau memang sehat secara fisik namun.....ya gitu deh.

Kami, terutama papah dan teteh harus ekstra hati-hati menjaga beliau. Tak heran kalau kemudian pintu rumah kami selalu terkunci. Ini terpaksa kami lakukan mengingat mamah pernah "nyelonong" pergi dari rumah dan pergi entah kemana. Karen penyakitnya itu, beliau tidak lagi bisa membedakan realita dan hayalannya.

Bukan hanya itu, mamah tak lagi mengingat anak-anaknya. Bahkan mungkin namanya. Ia hanya tahu dirinya adalah mamah. Itupun karena kami memanggilnya begitu. Pada teteh yang berada di rumah atau saya mamah selalu menganggap kami kakaknya bukan anaknya. Beliau tak mengingat pernah melahirkan kami.

Ahhh...saya kembali berkaca-kaca kalau mengisahkan ini.

Ini juga yang membuat saya selalu berkaca saat menina bobokan Tian dengan lagu andalan nomer 77 tadi.

Saya tak tahu apakah benar kasih ibu sepanjang masa karena itu tak saya rasakan lagi pada beliau yang Tuhan takdirkan sebagai ibu saya.

Sering banget saya merasa iri pada kawan-kawan yang berkisah tentang ibu mereka. Mereka bisa menceritakan kegalauan mereka tentang pasangan mereka, mual dan nyerinya saat hamil atau bahkan didampingi saat melahirkan. Beuhhhh....saya IRI!!! Sumpah.

Saya tak punya itu.

Kadang, saya juga merasa kasihan pada Tian. Ia tak mengenal eninnya seperti kakak sepupunya mengenal eninnya. Tian tidak tahu betapa eninnya itu dulu sangat pintar memasak. Saking pintarnya, kadang kawan-kawan saya menyengajakan mampir ke rumah hanya untuk mengintip apakah mamah masak empal gentong Cirebon yang jadi jagonnya. mamah juga rajin sekali mencoba beberapa penganan untuk dimasak dan dinikmati oleh kami para kurawa di rumah.

Ahhh...saya beberapa kali menahan air mata saat ibu kos yang rajin masak dan mengumpulkan alat-alat masak berbagi hasil masakannya pada saya dan mr rius. Hancur rasanya hati mengingat mamah dulu suka banget melakukan itu.

Saya juga kadang merasa kasihan pada mr rius. Ia mengenal mamah hanya sebentar. Ia belum juga pernah merasakan bagimana mamah selalu baik pada semua tamu dan selalu senang menyuruh tamu untuk makan (ini turunan dari nenek nih penyakit nyuruh tamu makan...ihhh ngabisin jatah aja!). Tapi ya, saya bersyukur, saat mamah mulai bertingkah "aneh", mr rius tetap mau menerima keadaan saya tanpa kemudian balik kanan bubar jalan karena takut pasangannya nanti mengalami hal yang sama.

Jujur, saya takut suatu hari nanti bakalan mengalami hal yang sama dengan yang beliau alami. Saya takut kalau suatu hari nanti saya tak mampu lagi mengingat segala hal indah dan buruk yang pernah terjadi di kehidupan saya. Saya takut kalau saya samapai lupa masa-masa abegeh saya bersama mr jerk.

Saya juga takut kalau saya tak mampu lagi mengingat masa indah saya bersama mr rius. Dannn yang paling saya takutkan adalah saya tak mampu mengingat masa 9 bulan kehamilan saya juga saat-saat saya melahirkan dan membesarkan Tian.

Itu sebabnya sekarang saya rajin menuliskan segala hal yang pernah saya alami dan saya rasakan. Ini adalah cara saya untuk menolak lupa. Menolak menjadikan diri saya mengalami hal yang sama seperti mamah.

Saya percaya Tuhan enggak tidur. Ia pasti memberikan semua ini pada keluarga kami dengan maksud yang baik. Saya yakin itu meski terkadang rasanya ingin teriak dan memintanya mengembalikan mamah pada kami.

Sungguh saya rindu masakannya, saya rindu celotehnya, saya juga rindu bertengkar dengannya kalau kami sudah punya pandangan yang berbeda. 

Saya tahu biar bagaimana beliau tetap mamah, perempuan yang punya segudang jasa pada saya.


Monday, January 9, 2012

anakku

Anakku sayang,
Datanglah segera. Hampiri aku ibumu. Ibu yang telah merindumu sekian lama.

Anakku,
Dengar Nak, bahkan ketika keberadaanmu belum nyata dikehidupanku, aku sudah begitu mencintai dan merindukanmu

Anakku,
Cepatlah datang Nak, kelak akan kujadikan kau anak paling bahagia di muka bumi ini

Anakku,
Dan kau akan kubesarkan dengan mengajarkanmu bagaimana menjadi manusia perkasa, prajurit agama, benteng keluarga
Dan akan kuajarkan pula padamu tentang kecintaan kepada Tuhan dan agama, kelembutan dan kesabaran menghadapi kerasnya kehidupan, karena sabar bukan berarti tidak berbuat apa-apa Nak, tapi sabar itu tenang, tidak tergesa-gesa, berhati-hati, tidak emosi dan tetap berusaha tanpa berdiam diri

Anakku sayang,
Lihatlah, hidup kita mungkin tidaklah mewah. Namun aku ibumu akan selalu memberikanmu yang terbaik. Memberimu rumah untuk berlindung di kala terik matahari membakar kulitmu. Memayungimu tatkala hujan membasahi bumi. Bukan, bukan dengan harta yang yang berlebih yang bukan hak kita tapi dari tetesan keringat penuh kecintaanku padamu.
Dan Anakku, ratusan nama indah telah aku siapkan untuk kau sandang sepanjang hidupmu kelak, nama yang menjadi doa untukmu manusia-manusia akhir jaman, para prajurit Islam

Anakku,
Kelak, jadilah anak sehat yang cerdas, sukses dan berhasil di kehidupan duniamu
Serta jadilah anak yang santun, berakhlak dan selamat di dalam kehidupan agama

Anakku,
Ladang amal di akhiratku kelak, cepatlah datang Nak, aku begitu merindukanmu.

Cium dan peluk hangat,
Ibumu.

Tuesday, December 21, 2010

My Oldtimer

Panggil saja dia Pak Yoyo. Walau sebetulnya namanya Jojo Subagio. Maklum era kelahirannya dulu J adalah bentuk tulisan untuk huruf Y. Lahir tepat di ualng tahun ke 5 negeri ini, Pak Yoyo menggemari dunia musik dengan bergabung pada band kumpulan anak-anak muda di sebuah desa nun jauh di Jawa Barat sana. Desa yang bangga mengklaim dirinya sebagai penghasil genteng terbaik di negeri ini.

Siapa sih sebetulnya pak Yoyo ini? Bukan, dia bukan tokoh yang menginspirasi Dedi Setiadi untuk menciptakan tokoh Jojo dalam serial Jendela Rumah Kita. Sebuah serial yang melambungkan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf di tahun 1990 silam. Dia hanyalah ayah saya. Ayah yang membesarkan saya dengan segala kegundahannya mendapatkan anak perempuan dengan kepala sekeras batu milik saya.

Ayah saya sungguh bukanlah ayah terhebat di dunia seperti Mr. Huxtable atau juga David Seaver di derial Growing Pains. Ayah saya tipe laki-laki yang gak banyak ngomong. Laki-laki yang irit tertawa seirit omongan dari mulutnya. Laki-laki yang sedikit tempramental yang mungkin buah dari masa kecilnya yang dibesarkan kerasnya dunia.

Sakit iritnya kata yang keluar dari mulutnya tak pernah saya mendengar pujian keluar dari mulutnya seberapa pun besar dan tingginya prestasi akademik yang sudah saya raih. Saat saya ikut lomba cerdas Tangkas P4 hingga 1 level di bawah Provinsi tak jua saya dengar pujian apapun darinya. Begitu juga setiap angka 9 tersemat di raport saya, tak ada apapun.

Jadilah saya terbiasa untuk tidak mengharapkan apapun keluar dari mulutnya. Saya justru belajar bahwa kalau beliau berkomentar maka berarti kenakalan dan kebadungan saya sudah tak terhingga. Iya, beliau baru mengeluarkan kata=kata untuk sekedar memarahi atau bahkan memelototi saya yang kerap kali berulah macam-macam.

Tapi kemudian dunia saya dan ayah saya berubah. Paling tidak buat saya. Hari Minggu lalu saat saya sedang berkemas Pak Yoyo bertanya, "pulang sekarang?". Iyalah saya kan harus kembali memerah keringat hihihi. Lalu yang tak terdugapun terjadilah. Pak Yoyo dengan suaranya yang tidak biasa berkata pada saya, "Makasih ya sudah bantuin papah masakin buat emang-emang yang kerja, makasih  sudah ngejagain mamah, makasih sudah ngasuh Eneng dan makasih banyak sudah membantu kebutuhan lahirnya Otong juga bantuin teteh. Semoga rezekinya makin banyak".

Gubrakssss.....

Ah telinga saya gak salah dengerkan? Tidak dalam 1000 tahun sekalipun saya bermimpi mendengar itu keluar dari mulutnya. Bermimpipun saya gak berani. Pak Yoyo bisa mengatakan itu pada saya, anak perempuan badung yang kerapkali merusak ketenangan di rumah dengan keberisikan yang dibuat? hey you, sure you're Ok sir? hehehehe.

Tapi percayalah saya tersenyum sendiri. Bukan karena geli pada nada bicaranya yang kaku yang jelas menunjukkan ketidaknyamanannya untuk mengatakan kata-kata yang tidak biasa ia ucapkan itu. Saya tersenyum karena saya tahu itu cara ayah saya, iya pak Jojo Subagio buat menyatakan rasa sayang pada anak dodolnya ini.

You are welcome sir....

Pingky



Ini bukan cerita tentang warna yang menghiasi indahnya jagat. Bukan juga tentang salah satu penyanyi negeri ini yang dulu sempat dikeluarkan dari duo Ratu gara-gara hamil. Bahkan juga bukan tentang pelantun "Get Party Started". Cerita ini hanya tentang seorang anak perempuan berusia 8 tahun. Seorang anak yang tidak terkenal, tapi saya yakin suatu saat nanti dia akan terkenal. Seorang anak yang masih dengan mata dan hatinya yang lugu menatap hari dan bahkan sesekali merajuk tidak ingin berangkat sekolah. Ini cerita tentang Pingky keponakan perempuan saya.

Namanya sebetulnya Evrilya Kemaladewi. Kami biasa memanggil dia dengan Neng Prily. Tapi entah bagaimana Prily seringkali menyebut dirinya Eping. Dan saya lebih sering menyebutkang Eping Pingky. Lama kelamaan saya hanya memanggil Pingky nya saja, dan Pingky ku tak pernah keberatan dengan itu. Dia lahir tahun 2003 silam. Saat saya baru menikmati gaji pertama sebagai seorang reporter di kantor berita di Jakarta. Pingky lahir dengan banyak cinta dari saya, nenek kakeknya, om dan tentu saja uwa-uwanya. Maklum, di jajaran keluarga inti saya, Pingky jadi cucu pertama yang lahir. Sementara di keluarga besar kami dia jadi cicit ke 11. Tapi saat itu kami belum punya yang perempuan setelah dibanjiri para anak laki-laki dari kakak sepupu. Pendeknya Pingky tumbuh jadi anak yang penuh cinta kasih.

Meskipun status saya adik mamahnya, berarti tantenya, Eping tak pernah mau menyebut saya tante, bibi atau yang lainnya. Dulu sekali Eping selalu memanggil saya Ii. Kependekan dari Aunty Ochie alias Bibi Ochie. Tapi entah bagaimana akhirnya dia kerap memanggilku Kakak. Saya sih gak keberatan, jadi berasa muda teruskan? hehehe.

Tidak terlalu istimewa mungkin bagi banyak orang kisah soal Pingky ini. Tapi tidak bagi saya. Lekat diingatan saya, saat Pingky berusia 3 tahun dia sudah dengan fasihnya menyanyikan hampir 30 lagu anak-anak dari mulai potong bebek angsa, Tik Tik Bunyi Hujan sampai Ita Mira. Tentu dengan nada dan gaya bernyanyi khas anak-anak seusianya. Kami memang tidak sedang mencipta Baby Idol tapi buat saya dialah pemenangnya kalau memang ada kontes itu.

Pingky tidak hanya pintar bernyanyi. Mulut kecilnya itu tak henti-hentinya berceloteh dan dengan kecerdasan yang di atas rata-rata anak-anak seusianya, Pingky kerap mempertanyakan banyak hal. Hobinya menonton Teletubbies (yang jujur saja membuat saya dan kakak perempuan hampir-hampir muntah gara-gara tak henti menemaninya menonton serial itu) membuat Pingky sudah tau kosa kata seperti kubangan di usianya yang tidak lebih dari 2,5 tahun. Pernah suatu saat Pingky bertanya bagaimana matahari bisa ada dan saat itu usianya belum lagi genap 4 tahun!!

Kini, Pingky sudah duduk di bangku SD kelas 2. Kecerdasannya semakin berkembang. Hobinya menyanyi dan menari masih terus berlanjut. Dia bisa dengan mudahnya mengikuti syair lagu-lagu dari film-film kesukaannya dari Strawberry Short Cake sampai Powerpuff Girls. Pingky bahkan bisa menirukan gaya bernyanyi ala Shakira dan Lady Gaga. Pingky masih tetap jadi pusat kebahagian saya.

Kemampuan Pingky kini semakin bertambah. Gara-gara kesukaannya pada Powerpuff Girls, saya seringkali membelikan ia majalah atau komik Powerpuff dan itu membuat ia bisa menciptakan komik ala Pingky di usianya yang baru 7 tahun.

Lebaran lalu kakak sepupu saya yang memang tidak memiliki anak perempuan terkaget-kaget gara-gara dia melihat banyak cerita yang dibuat Pingky di buku yang selalu ia pegang. Pingky mampu membuat komik lengkap dengan gambar, alur cerita yang runut dan tentunya dialog antar tokoh. Ya, komik sekarang memang sudah jadi hobi barunya.
Kemarin, saat saya harus menemaninya di rumah karena sang ibunya melahirkan adik laki-lakinya, Pingkymengagetkan saya ketika ia memberikan saya bungkus permen Say. Permen itu sebetulnya tidak iswimewa. hanya permen rasa cherry dengan bungkus yang menyediakan space kosong. Kata iklannya sih buat ngungkapin perasaan kita pada orang lain. Nah yang istimewa dari permen itu adalah tulisan di tempat yang kosong itu. begini tulisannya Oci love Eping. Ahhhh so sweet.

Belum cukup sampai disana. Di tengah lelah batin dan tubuh saya karena banyak masalah yang mendera dan pekerjaan kantor serta rumah tangga yang harus saya selesaikan, Pingky datang menghampiri saya di dapur. Diberikannya saya secarik kertas biru. Tidak terlalu besar. Hanya seukuran telapak tangan saya. Disana tertulis "Baca yang di baliknya". Segera saya baca sesuai petunjuknya. Disana hanya ada gambar orang khas gambar orang dalam komik buatan Eping. Tidak istimewa mungkin. Tapi tunggu dulu, disana ada tulisan lainnya. "Eping sayang Kaka Oci".

Sekuat tenaga saya menahan air mata. saya hanya bisa memeluk erat malaikat kesil di hadapan saya itu. Menghadiahinya beribu ciuman dan janji saya untuk memberikan dia yang terbaik. Iya betul. Saya akan terus menjadi penjaga hatinya yang murni itu. Hati dan jiwa yang penuh cinta milik malaikat kecil saya itu. Ya Allah, limpahkan selalu hamba umur panjang untuk bisa mengasuh dan menjaga si kecil Eping. Berikan juga hamba rezeki yang berkah dan berlimpah agar hamba mampu memberikan ia pendidikan terbaiknya. Jadikanlah Eping sebagai anak yang sholihah yang mampu menjadi matahari tidak hanya bagi hidupku dan keluarga kami tapi juga mampu memberi kehangatan cinta bagi dunia ciptaanMu ini. Amien..

Kakak juga sayang Eping......