Wednesday, November 27, 2013

dari pojok utan kayu

Tulisan ini sebetulnya sudah sejak lama saya buat. Paling tidak sih sudah saya persiapkan sejak saya memutuskan buat meluluskan diri dari sekolah di Utan Kayu. Tapi gak ngerti kenapa kalau kemudian saya enggak pernah bisa menyelesaikan tulisan ini. Mungkin moodnya yang tidak samapai atau mungkin juga waktunya belum tepat. Dan enggak tahu kenapa kalau kemudian hari ini saya merasa inilah masa yang paling tepat buat meneruskan tulisan ini. so, lets get started.

******


Hari ini entah kenapa saya merasa begitu merindukan kehidupan di masa sebelumnya. tahu sih kalau kita enggak boleh sering-sering nengok ke belakang. Ngerti juga sih kalau namanya spion itu hanya boleh dilirik sesekali. Tapi sungguh hari ini saya benar-benar cuman pengen melihat ke belakang. Pada pemandangan nan indah di suatu pojokan ibu kota yang bernama utan kayu.

rasa rindu ini mungkin karena saya sudah mulai jenuh berada di tengah masyarakat yang begitu "normal' di tengah keabnormalan saya. saya merasa jenuh pada masyarakat yang begitu "beragama" di tengah ke "atheis-an" saya.

kurang lebih 5 tahun saya masuk sekolah ini. banyak banget yang saya dapat. ilmu jurnalistik samapai ilmu kanuragan. serius loh. disini saya baru tahu kalau jadi penyiar radio harus juga bisa kayang xixixixixi. gak bisa kayang gak gaul namanya. itu karena jadi penyiar kita perlu tubuh yang luwes jikalau sesekali dibutuhkan buat menunduk atau malah kayang buat mebenahi kabel-kabel dan juga tombol-tombol audio. kerenkan?

bukan hanya belajar. tempat ini juga jadi tempat bermain. tempat bermain yang sangat menyenangkan.


mungkin karena merasa ini adalah tempat bermain, saya selalu bersemangat buat datang ke kantor meski harus pulang tengah malam di dua tahun pertama saya di sekolah ini. seperti halnya taman bermain anak-anak, maka ada banyak tawa dan canda didalamnya. eh taman bermain anak juga ada tangisnya loh. banyak anak yang jatuh dan berakhir berdarah kaki atau tangannya gara-gara terlalu rajin main. begitu juga taman bermain kami ini.

namun, diantara banyak hal yang saya dapat di pojokan ini, satu yang paling berkesan buat saya adalah pertemanan diantara kami. sebagai anak yang sekolahnya rajin berpindah, saya enggak pernah punya teman dekat. tapi disini lain.

mungkin karena kami penyiar yang hobi ngobrol jadilah segala hal kami obrolkan. segala hal kami ceritakan. mulai dari urusan makanan kesukaan sampai orientasi seksual. dari mulai isi meja makan samapai isi ranjang dan kamar. semua dikupas habis.

tidak ada satupun yang kemudian merasa sungkan buat berkisah.

tidak hanya itu. kami bisa bebas berkisah tanpa harus merasa di "diadili". baik diadili dengan pandangan sebelah mata ataupun diadili dengan ayat-ayat yang seringkali dipilih untuk memojokkan seseorang.

kami tak pernah peduli pada setiap kisah hidup masing2. itu adalah milik mereka. mereka bisa jadi apapun yang mereka inginkan tanpa harus kita usik pilihan hidupnya. itu satu hal yang paling saya suka dari pojokan saya.

kami, saya dan teman2 dekat, pernah juga jadi enemy of the state. ketika semua mata "atasan" menatap penuh dengki pada kami gara-gara tingkah seorang banci penakut yang hanya berani berlindung di ketiak bininya.

kami juga sama2 menghadapi amukan seorang teman saat dia "tinggi" dan mengamuk di sebuah RS swasta di jakarta tengah malam buta sehabis menikmati sajian musik di taman pojokan saya.

saya tahu, banyak orang menilai taman bermain saya ini adalah sekumpulan orang-orang yang "murtad". orang-orang tak beragama.

tapi sungguh, meskipun saya berada diantara para "penyembah pohon", saya justru menemukan cinta Tuhan di dalamnya.

Disini dan bersama teman-teman ini, saya justru mengerti betul arti Tuhan itu satu dan kita yang beda, saya juga belajar Tuhan itu maha penyayang dan betapa hebatnya Tuhan.

betapa tidak. saya melihat jelas toleransi antar kami disini. dannn....justru disinilah saya makin belajar untuk mencintai agama saya. tuhan saya. hidayah memang selalu datang darimana saja.

saya bertemu orang-orang hebat disini.

hebat bukan karena gelar yang mereka dapat. hebat bukan karena penghargaan yang sudah pernah mereka menangi (yah memang sekolah ini banyak mencetak juara di jurnalistik), mereka hebat kerana jiwa mereka dalam menaklukan hidup. menaklukan diri mereka meski sesekali mereka jatuh dan gagal. namun mereka tetap berdiri. dan itu adalah arti hebat sesungguhnya buat saya.

ada seorang kawan yang mampu mengeluarkan dirtinya dari rumah tangga yang penuh KDRT dan akhirnya menemukan lelaki yang mampu menjadi imam dalam keluarga.

saya juga bertemu seorang rocker yang memiliki sex apppeal teramat tinggi. siapapun yang melihatnya yakin langsung tertarik padanya. hobinya dulu merusak segala yang ada didekatnya bila sedang marah. handphone, kursi samapai gitar dan kini, ia adalah seorang ibu yang lemah lembut dan penuh kasih. hebatkan?

banyak kisah yang kami toreh di pojok utan kayu ini. kisah bunuh diri berkali-kali dimulai menjatuhklan diri dari atas ketinggian samapai minum pil kb. ada juga kisah si anak terbuang namun selalu penuh kasih pada semua. meski selalu jadi korban bully kami, ia tak pernah merasa jera dan merasa tersinggung pada bully-an kami. yah mungkin ini gara-gara urat malu dia sudah putus habis. apapun, dia selalu jadi bintang yang dirindukan sekaligus dicaci di pertemanan kami hihihi.

saya punya banyak teman dan saudara disini.

malam saya selalu menyenangkan di pojok utan kayu. mulai dari tower dengan sejuta kisahnya, selasar studio bawah lengkap dengan tukang martabak yang mengiming-imingi kami beli 10 gratis 1 tapi ketika kami sudah dapat 9 dia gak jualan lagi. belum lagi meja-meja dan kursi kedai yang jadi saksi berapa botol minuman kami habiskan dan berapa batang rokok kami hisap buat menemani kisah kami.

saya ingat di salah satu pojokannya saya juga pernah memaki-maki seorang atasan dengan nada suara tertinggi yang saya pernah keluarkan. ini gara-gara ketidakprofesionalannya. menghakimi sesuatu yang sebetulnya dia takuti sendiri.

belum lagi pohon mangga lengkap dengan penghuninya yang rajin menyambangi kami yang kerja malam. ahhh ya, studio tentunya. tempat paling nayaman buat sekedar merebahkan punggung dan meluruskan bulu mata jika kantuk tak kunjung berlalu.

ah saya rindu semua itu. rindu pada teman yang telah begitu kokohnya menjadi sandaran dan bahu buat saya menangis di kala putus hubungan cinbta dengan seseorang di masa lalu.  teman yang selalu sigap mengantarkan saya makan siang saat saya hamil dan berubah jadi vampir.

selalu menarik mendengarkan kisah mereka. selalu menarik juga untuk sekedar berbagi tawa dengan meledek kawan yang memang selalu dengan lapang dada menjadi bahan bully kami.

mengutip om lenon dan mas paul, maka inilah tempat yang punya banyak arti dan selalu saya ingat. There are places I remember all my life. And this place, definitely the one.

satu persatu dari kami memang sudah "meluluskan' diri dari sekolah ini. Some have gone and some remain. pojokan sayapun tidak lagi sama. namun, saya yakin ilmu yang saya dapat disana tidaklah akan luntur. juga pertemanan kami.

tak perlu banyak ayat. tak perlu banyak doktrin bahwa ini tempat kerja tempat untuk mencari nafkah hingga harus menyikut teman demi menaikkan pamor.

di pojokan itu saya pernah marah, menangis, dicinta, mencinta dan.....tertawa. eh di bom juga deng xixixixxi.

ahhh saya rindu pojokan saya. saya rindu bahu saya. saya rindu kalian kawan......semoga kita bisa bertemu lagi dan tetap menjadi teman samapai kapanpun.


*catatan saya buat orang-orang hebat yang dengan bangga saya sebut sebagai teman, sahabat dan saudara

Monday, April 15, 2013

Melawan Lupa

"Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa...."

Potongan lirik lagu odong-odong yang rajin saya nyanyikan buat nidurin Tian. Entah mungkin suara saya yang terlalu enak didengar atau karena Tian malas mendengar ambunya melolong, biasanya sih otomatis kepala Tian direbahkannya ke pundak saya dan ia langsung tertidur kalau saya sudah samapai di lagu itu (yang biasanya sudah lagu ke 77 dinyanyikan buat menina bobokan Tian hehehe)

Entahlah kenapa lagu itu selalu ada di alunan tidurnya Tian. Mungkin karena nadanya yang enak buat boo atau mungkin karena liriknya yang dalammm sekali. Entahlah. Yang saya tahu setiap kali saya menyanyikan itu selalu rasa itu yang muncul. Dan sesudahnya bisa ditebak, mata sayapun berkaca-kaca.

Lagu itu mengingatkan saya pada sosok mamah. Perempuan yang sudah mengandung dan melahirkan saya juga membesarkan saya di dunia ini.

Eitsss tenang, mamah masih hidup kok. Setidaknya setiap sebulan sekali saya pulang ke Bandung, saya bisa melihat sosok beliau. Tapi ya cuman samapai disitu saja. Cuman fisiknya saja yang saya bisa lihat dan raba. Lainnya? Saya tak tahu keman perginya.

Oke, sebelum hadirot sekalian bingung saya harus samapaikan kalau mamah saya saat ini tengah sakit. Para ahli menyebutnya sebagai dimentia atau pikun dini.

Demensia (bahasa Inggris: dementia, senility) merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.[1] Demensia bukan berupa penyakit dan bukanlah sindrom.
Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
Banyak penyakit/sindrom menyebabkan demensia, seperti stroke, Alzheimer, penyakit Creutzfeldt-Jakob, Huntington, Parkinson, AIDS, dan lain-lain. Demesia juga dapat diinduksi oleh defisiensi niasin.[2]
Demensia pada Alzheimer dikategorikan sebagai simtoma degeneratif otak yang progresif. Mengingat beban yang ditimbulkan penyakit ini, masyarakat perlu mewaspadai gangguan perilaku dan psikologik penderita demensia Alzheimer.[3

Nah itu kira-kira pegertian dimensia menurut situs wikipedia.

Dan itulah pula yang sekarang tengah dialami mamah. Secara fisik tampilannya adalah seorang perempuan usia 62 tahun. Namun, segala tindak tanduknya tak lebih dari seorang anak usia 5 tahun. Inilah yang kemudian membuat saya selalu bingung kalau ditanya orang bagimana keadaan mamah. Beliau memang sehat secara fisik namun.....ya gitu deh.

Kami, terutama papah dan teteh harus ekstra hati-hati menjaga beliau. Tak heran kalau kemudian pintu rumah kami selalu terkunci. Ini terpaksa kami lakukan mengingat mamah pernah "nyelonong" pergi dari rumah dan pergi entah kemana. Karen penyakitnya itu, beliau tidak lagi bisa membedakan realita dan hayalannya.

Bukan hanya itu, mamah tak lagi mengingat anak-anaknya. Bahkan mungkin namanya. Ia hanya tahu dirinya adalah mamah. Itupun karena kami memanggilnya begitu. Pada teteh yang berada di rumah atau saya mamah selalu menganggap kami kakaknya bukan anaknya. Beliau tak mengingat pernah melahirkan kami.

Ahhh...saya kembali berkaca-kaca kalau mengisahkan ini.

Ini juga yang membuat saya selalu berkaca saat menina bobokan Tian dengan lagu andalan nomer 77 tadi.

Saya tak tahu apakah benar kasih ibu sepanjang masa karena itu tak saya rasakan lagi pada beliau yang Tuhan takdirkan sebagai ibu saya.

Sering banget saya merasa iri pada kawan-kawan yang berkisah tentang ibu mereka. Mereka bisa menceritakan kegalauan mereka tentang pasangan mereka, mual dan nyerinya saat hamil atau bahkan didampingi saat melahirkan. Beuhhhh....saya IRI!!! Sumpah.

Saya tak punya itu.

Kadang, saya juga merasa kasihan pada Tian. Ia tak mengenal eninnya seperti kakak sepupunya mengenal eninnya. Tian tidak tahu betapa eninnya itu dulu sangat pintar memasak. Saking pintarnya, kadang kawan-kawan saya menyengajakan mampir ke rumah hanya untuk mengintip apakah mamah masak empal gentong Cirebon yang jadi jagonnya. mamah juga rajin sekali mencoba beberapa penganan untuk dimasak dan dinikmati oleh kami para kurawa di rumah.

Ahhh...saya beberapa kali menahan air mata saat ibu kos yang rajin masak dan mengumpulkan alat-alat masak berbagi hasil masakannya pada saya dan mr rius. Hancur rasanya hati mengingat mamah dulu suka banget melakukan itu.

Saya juga kadang merasa kasihan pada mr rius. Ia mengenal mamah hanya sebentar. Ia belum juga pernah merasakan bagimana mamah selalu baik pada semua tamu dan selalu senang menyuruh tamu untuk makan (ini turunan dari nenek nih penyakit nyuruh tamu makan...ihhh ngabisin jatah aja!). Tapi ya, saya bersyukur, saat mamah mulai bertingkah "aneh", mr rius tetap mau menerima keadaan saya tanpa kemudian balik kanan bubar jalan karena takut pasangannya nanti mengalami hal yang sama.

Jujur, saya takut suatu hari nanti bakalan mengalami hal yang sama dengan yang beliau alami. Saya takut kalau suatu hari nanti saya tak mampu lagi mengingat segala hal indah dan buruk yang pernah terjadi di kehidupan saya. Saya takut kalau saya samapai lupa masa-masa abegeh saya bersama mr jerk.

Saya juga takut kalau saya tak mampu lagi mengingat masa indah saya bersama mr rius. Dannn yang paling saya takutkan adalah saya tak mampu mengingat masa 9 bulan kehamilan saya juga saat-saat saya melahirkan dan membesarkan Tian.

Itu sebabnya sekarang saya rajin menuliskan segala hal yang pernah saya alami dan saya rasakan. Ini adalah cara saya untuk menolak lupa. Menolak menjadikan diri saya mengalami hal yang sama seperti mamah.

Saya percaya Tuhan enggak tidur. Ia pasti memberikan semua ini pada keluarga kami dengan maksud yang baik. Saya yakin itu meski terkadang rasanya ingin teriak dan memintanya mengembalikan mamah pada kami.

Sungguh saya rindu masakannya, saya rindu celotehnya, saya juga rindu bertengkar dengannya kalau kami sudah punya pandangan yang berbeda. 

Saya tahu biar bagaimana beliau tetap mamah, perempuan yang punya segudang jasa pada saya.


Tuesday, March 26, 2013

God Know Best

Tuhan Itu Maha Tahu. Karena KeMaha Tauannya itu enggak mungkin Tuhan Kagetan

Kalimat ini saya copy paste dari kata-katanya motivator super yang tiap Minggu malam saya tonton bareng mr rius dan Tian. Kenapa buat kepentingan tulisan ini saya kuti? Karena kebetulan apa yang dibilang sama bapak super itu bener adanya.

Tuhan selalu tahu apa yang terbaik buat saya. Sumpah, saya yakin banget sama hal itu. Eh enggak juga ding, kadang saya suka sibuk menyalahkan dan bertanya dengan nada bombay tentunya Why God, Why me? Misalnya soal mamah yang sakit. Saya sibuk bertanya dan menyalahkan uhan buat keadaan ini. Biasanya moment seperti ini bakalan datang di kehidupan saya kalau saya lagi gundah gulana dan enggak punya teman buat ngobrol. Atau saat menghadapi Tian yang semakin besar semakin punya banyak mau.

Beuhhh....pasti deh sinetron tersanjung aja kalah dengan segala kegundahan saya itu.

Bukan hanya soal itu. Soal mr rius yang sampai hari ini belum dapat pengganti tetap pekarjaannya yang dulu kerap kali membuat saya gundah gulana. Tapi, ya gitu untungnya tiap minggu saya di recharge dengan pikiran positif dari bapak super, Alhamdulillah enggak terlalu gundah gulana banget sekarang.

Saya yakin Tuhan punya maksud tertentu dengan membuat keadaan kami seperti sekarang. Huahahaha kalau kalian bilang itu hanyalah kata-kata penghibur lara? Yup, bisa jadi.

Tapi sudahlah... ada edisi lain soal itu.

Yang jelas sekarang saya paham benar bahwa Tuhan memang tahu yang terbaik buat hambanya.

Tuhan kasih saya pekerjaan sekarang ini dengan beban kerja seperti sekarang ini juga ada maksudnya sendiri. Yahhh biasalah di awal saya juga enggak langsung mengerti dengan maunya.

Saat ini saya dikasih tanggung jawab buat mengerjakan sepenuhnya program berita anak dari kantor saya. Mulai dari edisi radio samapai mengisi web, teitter dan facebooknya. Semua jadi tanggung jawab saya.

Okelah, dulu juga ini tanggung jawab saya walau tidak sepenuhnya karena saya juga berbagi dengan teman yang lain. Selain itu saya juga diberi pekrjaan lain seperti mengerjakan audio untuk iklan dan terkadan juga siaran di luar. malahan ketika awal saya bergabung di tempat ini, sayalah yang selalu keluar kota atau keluar kantor buat siaran. Namun, seiring dengan bertambahnya penghuni "rumah" kami, sayapun makin sering dikandangkan.

Gimana rasanya? Hemmm duluuuuu sekali saya merasa sedikit terabaikan. tersisihkan. Malahan jujur, saya sempat menganggap saya bukan lagi penghuni rumah ini. Bagaimana tidak. Satu per satu pekerjaan saya diambil alih oleh yang lain yang datang belakangan. Buruk sangkanya adalah apa yangs saya kerjakan dulu tidaklah bagus sampai kemudian saya dikandangkan.

Bicara soal harga diri buat seorang Scorpio, ya ini adalah harga diri sekali ya bo.

Saya malahan juga tidak lagi mengerjakan iklan-iklan yang dulu saya kerjakan sebelum cuti melahirkan. malahan saya pernah dengar selentingan kalau pengganti saya ini hebat banget bikin iklannya, dan gara-gara beliaulah iklan di radio kami jadi banyak kliennya.

Sakit hati? Awalnya. Tapi sungguh saya kemudian tidak lagi merasa begitu. Yah mungkin karena bapak super itu selalu bilang sabar itu imbalannya dari Tuhan xixixixixi.

Tapi benar loh kata bapak itu, Tuhan itu Maha Tahu. Tuhan tahu kalau saya cuma tinggal bertiga bareng mr rius dan Tian. Kalau saya sibuk saya enggak bakalan bisa lagi memegang Tian. Kalau saya pulang malam terus, Tian enggak bakalan bisa ketemu ibunya. Kalau saya siaran terus, saya juga mungkin enggak bisa masakin Tian lagi. Jadilah sekarang saya benar-benar merasa Tuhan itu sayangggggg banget sama kami. Khususnya pada Tian.

Tuhan tetap membiarkan ambunya Tian buat punya banyak waktu, tenaga dan pikiran hanya buat Tian dan abinya.

Ahh Tuhan, jatuh cinta lagi saya padaMu.

Monday, March 25, 2013

Working Mom

Beberapa bulan lalu saya sempat baca-baca tips seorang kawan yang saya kenal di dunia maya soal bagaimana menjalankan dua fungsi, sebagi ibu dan sebagai seorang pekerja. Ini tips dari blog kawan saya itu:
  • Buat rencana
Di kantor, biasanya kita “dituntut” untuk bisa menentukan rencana kerja beberapa waktu ke depan. Rencana itu biasa terpampang jelas di softboard atau meja kerja. Nah, untuk di rumah, saya pun mulai menyusun menu mingguan dan menempelnya di papan pesan. Manfaatnya, saya jadi lebih mudah menentukan bahan makanan yang harus dibeli dan diracik sebelumnya. (hari sabtu pagi, saya belanja ke pasar dan minggu pagi saya meracik bumbu-bumbu lalu menyimpannya dalam lemari pendingin). Acara memasak pagi-pagi sebelum ngantor jadi nggak ribet lagi. Lumayan menghemat waktu dan tenaga lho !
  • Koordinasikan saja
Pengaturan tugas di rumah juga harus dilakukan dengan jelas, lho. Meskipun pelaksanaannya kemudian bisa lebih fleksibel karena disesuaikan juga dengan kondisi, tetapi “pengaturan tugas” yang jelas akan membuat kita jadi lebih bertanggungjawab.
  • Pelaksanaannya…
Kita tak bisa bekerja sendiri bukan ? Seperti kepada atasan, rekan kerja atau bawahan di kantor yang biasa berhubungan secara lisan atau tulisan via notes atau email, pekerjaan atau pesan untuk orang rumah juga bisa disampaikan secara tertulis pada secarik kertas yang ditempel di papan pesan, kulkas atau whiteboard.
  •  Evaluasi rencana dan pelaksanaannya
Apakah Vel sudah minum vitaminnya ? Apakah titipan untuk tetangga sebelah sudah diberikan? Nah, sepulang kantor saya bisa mengeceknya dari checklist yang saya tinggalkan di papan pesan. Setiap selesai mengerjakan “tugas”, daftar tugas yang ada harus diberi tanda.

Berbekal tulisan teman ini, sayapun pede untuk menjalankan atribut baru saya sebagai....working mom (ah istilah ini memang keren terdengarnya heheheh).

Meskipun tentunya bakalan berbeda ya apa yang ditulis dalam artikel kawan saya itu dengan kehidupan saya sendiri. Misalnya, saya enggak punya si mbak yang akan saya serahi tanggung jawab buat mengurus rumah selama saya bekerja. Atao, saya juga enggak punya si mbak atau ibu atau siapapun lah yang bakalan saya mintai tolong menjaga Tian.

Saya cuma punya mr rius, abinya Tian. kami memang hanya tinggal bertiga. Makanya kalau kemana-mana pasti deh selalu bertiga.

Selain soal orang-orang yang dimintai membantu selama absennya saya di rumah, kami juga punya perbedaan mendasar yaitu, saya tidak tinggal di rumah. Kami memang tinggal di rumah kos-kosan tepat di belakang kantor lama. Meskipun saya pengen sekali memasak, kami tidak diijinkan untuk membawa kompor ke kamar. Jadilah, dengan siijin ibu kos, saya sering ikut memasak di dapurnya. Ini terutama setelah Tian mulai makan-makanan pendamping ASI.

Oke, saya berusaha membuat segala perbedaan itu bukanlah sesuatu yang bakalan membuat status saya sebagai working mom terganggu. Saya ingat nasehat seorang sahabat, kalau suami sudah merestui, bismillah saja, yakin pasti bisa.

Apakah semua seperti itu?

Huaaaaa saudara-saudara, ternyata TIDAK!! BIG NO!!!

Mr rius memang mengizinkan saya mengambil alih tugasnya sebagai pencari nafkah utama di keluarga, sementara ia belum lagi dapat pekerjaan baru. Maka dengan restunya, saya coba buat menjalani semuanya.

Ternyata enggak mudah ya bo buat bisa berada di semua posisi tanpa harus mengorbankan yang lainnya? Huks huks huks....

Saya memang sedikit lebih tenang karena Tian berada di tangan yang bisa saya percaya. Bapaknya sendiri. Namun tetap saja, saya ibunya. Maka hari-hari saya selalu berisi kegiatan rutin yang sama.

Pagi hari dimulai dengan ritual ibadah. Lalu saya mulai mebereskan rumah. Menyapu, mengepel, membereskan mainan Tian, membereskan tempat tidur, mencuci peralatan makan dan menyusui Tian. Setelah urusan semua itu selesai, giliran memasak makanan buat Tian. Ini biasanya baru bisa saya lakukan kalau ibu kos sudah membuka pintu dapurnya yang tepat di depan kamar kami. Untunglah kami boleh masak. Dengan begini Tian berhasil lolos dari perangkap makanan instant. Walau sekali dua saya kasih juga makanan instant hehehehe.

Oh ya, saya juga masih harus menyiapkan makan mr rius dan saya juga tentunya. Urusan enggak cuma nyampe disana. Selesai mandi biasanya saya harus menyusui Tian (salah satu tips ibu bekerja yang saya dapat juga dari artikel2) dan memeras ASI buat bekal selama saya mengantor. Urusan rumah baru selesai disini. Lanjut ke kantor.

Jam makan siang saya habiskan dengan pulang ke kosan membawakan mr rius makanan, mmenungguin Tian selagi abinya sholat dan makan, menyusui Tian dan memeras ASI.

Balik ke kantor. Sore, begitu lagi hanya kali ini tugasnya menunggui Tian saat abinya sholat ashar dan sekaligus memandikan Tian. Enggak lupa menyusui Tian dan memerah ASI.

Balik lagi ke kantor. Setiap Senin-Jumat, itu pekerjaan saya.

Cape? Kadang terasa begitu. Tapi entahlah, saya selalu berusaha berpikir positif. Paling tidak pp rumah-kantor akan bisa membantu saya menurunkan berat badan hehehehe.

Meskipun ridho, saya tahu apa yang saya kerjakan jauhhhh dari kata sempurna. Ngerti sih, saya juga bukan manusia yang sempurna. Kadang saya merasa serba salah. Misalnya, kalau kerjaan di kantor lagi banyak, ini membuat saya harus pulang telat. Nah kalau begini, yakin deh saya bakalan dimanyunin sama mr rius.

Hal sebaliknya juga. Beberapa orang mungkin menganggap saya seenaknya di kantor.

Ahhhh...menyenangkan semua pihak memang sulit ya.

Yah mungkin saya yang masih belum gape memanage waktu saya. Meskipun sekarang, saya berusaha buat jadi multitasking mom. Misalnya, sambil nyuci baju saya nyambi nyapu dan ngepel juga masak buat tian. Enggak lupa juga sambil menyiapkan sarapan saya dan mr rius. Untungnya mr rius bukan orang yang susah makan. Cukup susu dan roti isi, selesai.


Saya juga tidak lagi memerah ASI di rumah. Tapi di kantor meskipun di kubikel dan ditengah orang banyak. Pake apron saja. beres. kanapa saya memilih ini? Yah biar saya masih tetap bisa mengerjakan tugas saya di kantor buat menggugah berita di laman daring. Saya juga enggak makan di rumah. Makan sambil ngetik, meski ngetiknya pake jari 11 hehehehe. Lagi-lagi biar semua pekerjaan dan tugas saya bisa saya selesaikan.

Saya juga berusaha buat enggak menolak pekerjaan apapun yang dikasih ke saya termasuk siaran pagi di luar studio. Saya hanya harus menyesuaikan jadwal rutin tugas di rumah dengan kerjaan kantor. Misalnya, saya enggak mandiin Tian dulu tapi nanti setelah selesai siaran. Atau, saya enggak masak buat Tian tapi beli bubur yang sudah jadi.

Saya juga mengorbankan waktu saya buat bergosip ria dengan beberapa teman dekat. Meskipun, bergosip ria kesana kemari enggak ada juntrungnya ini jadi hiburan saya satu-satunya. But, hey sacrifice is a must!

Semua itu saya percayai sebagai langkah kompromi buat bisa berada dan menyenangkan hati semua orang, meskipun tetap ya....susahnya minta ampun.

Yah, mungkin benar saya yang harus lebih belajar lagi buat jadi ibu, istri dan pekerja yang baik. Minimal bener dulukan ya. Sempurna sih cita-cita.

Yang jelas, saya enggak berusaha buat minta dimengerti, dispesialkan atau apapun bahasanya baik itu oleh mr rius ataupun kantor. After all, i'm not the only  working mom in the office. Makanya saya juga enggak bisa dan enggak pernah minta di istimewakan.


ps: lerning lesson nya adalah: tinggallah dengan ibu/mertua ditambah punya babysitter dan asisten rumah tangga yang mumpuni! hehehehe

Friday, January 18, 2013

Indonesia Bukan India (Betapa lupa datang begitu mudah)

Bukan cuma India yang lagi dihebohkan dengan kasus pemerkosaan. Indonesia juga lagi ngalamin hal yang sama. Terutama setelah adanya berita soal RI (11) yang meninggal dan dikabarkan mengalami kekerasan seksual. Namun, ada yang berbeda apa yang terjadi di India dan di Indonesia.


Di India, pasca meninggalnya seorang mahasiswi setelah sebelumnya ia menjadi korban pemerkosaan, semua masyarakat India bersuara keras soal kasus ini. Bukan hanya masyarakat biasa tapi juga para selebritis dan juga para pejabat negara. Semua sepakat untuk mengutuk keras tragedi ini. Enggak cukup samapai di sana, hukuman mati bagi para pemerkosa inipun diamini semua lapisan masyarakat untuk dijatuhkan pada para pemerkosa.

Lain di India lain pula di Indonesia.

Di Indonesia kasus pemerkosaan seolah cuma jadi berita angin lalu saja. Kalah heboh dan hebatnya dibandingkan dengan berita nomor urut partai politik atau mungkin juga berita kasus korupsi Hambalang. Opini soal kasus inipun terbagi dua.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), ngotot agar Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memberikan hukuman mati bagi para pemerkosa. Di sisi lain malahan tuntutan KPAI ini dijawab dengan becandaan ala calon Hakim Agung.

Pernyataan ini terlontar dari mulut M. Daming Sunusi saat ditanya salah satu anggota Komisi III DPR dalam fit and proper test calon Hakim Agung, terkait soal hukuman mati untuk pemerkosa. Pak Daming Sunusi menolak pemberian hukuman mati untuk pemerkosa karena menurutnya, “”Yang diperkosa dengan yang diperkosa ini sama-sama menikmati. Jadi harus pikir-pikir terhadap hukuman mati”. Pernyataan ini , langsung mengundang gelak tawa, termasuk sejumlah anggota Komisi III.

Apa yang dikatakan oleh calon hakim agung ini kontan saja mendapat tanggapan dari banyak kalangan.
KPAI, Komisi Yudisial (KY) dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PP&PA) adalah lembaga-lembaga yang dengan tegas menolak apa yang disampaikan oleh calon hakim agung tersebut. Malahan beberapa anggota DPR juga menyatakan penolakan terhadap apa yang diutarakan oleh Hakim Daming.

Permohonan maaf atas “bercandaan” tersebut memang keluar juga dari mulut pak hakim. Tapi terlambat. Usai pernyataan itu terlontar, banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar DPR ngga meloloskan Pak Daming jadi Hakim Agung. Bahkan Komisi Yudisial, sebagai pengawasa para hakim, ikut memanggil Pak Daming untuk meminta keterangan terkait pernyataannya itu.

Namun,  enggak semua orang kontra dengan Hakim Daming.

Anggota Komisi III Martin Hutabarat mengatakan bisa memahami pernyataan calon Hakim Agung Muhammad Daming Sunusi. Malahan Pak Martin bilang hukuman mati bagi pemerkosa juga enggak perlu ada. Yang penting adalah hukuman berat.

“Pernyataan itu dapat dipahami, sebab ada juga pemerkosaan itu dilakukan dalam keadaan mabuk, ikut-ikutan, atau anak-anak remaja yang tergoda oleh penampilan yang merangsang dari wanitanya dan sebagainya,” kata anggota Komisi III DPR Martin Hutabarat.

Menurut Martin perbuatan bejat (pemerkosaan) seperti itu harus dibedakan dengan pemerkosaan yang disertai pembunuhan atau mengakibatkan meninggalnya korban perkosaan seperti yang terjadi di India dan ramai diberitakan minggu lalu.

Terhadap perkosaan karena mabuk, pengaruh obat dan sebagainya, Martin setuju pendapat yang menyatakan tidak perlu dihukum mati, tapi harus dihukum seberat-beratnya.

“Misal dihukum 20 tahun atau kalau perlu hakim berani membuat terobosan berupa hukuman seumur hidup, Tapi tidak perlu dihukum mati,” kata Pak Martin.

Pak Martin punya alasan kenapa kasus pemerkosaan enggak harus dihukum mati. Katanya, kondisi kota besar kayak Jakarta banyak perempuan yang  sudah tak mementingkan keperawanan juga menjadi pertimbangan hakim untuk memutus perkara perkosaan.

“Di banyak kota besar seperti Jakarta berdasarkan hasil survei wanitanya hampir 50 persen sudah tidak perawan lagi. Hal ini menjadi faktor penilaian hakim dalam memutus suatu perkara, sehingga tidak sampai menghukum mati seorang pemerkosa yang perbuatannya hanya terbatas perbuatan bejat, itu saja,” imbuh anggota Komisi III ini.

Hmmm…..kemarinnya dibilang kasus pemerkosaan dijadikan bahan becandaan. Sekarang dibilang enggak masalah karena korban sudah enggak perawan lagi. Kalau kata Sobat Teen gimana?

========
Tulisan ini dimuat di www.teenvoice.co.id

Ada hal yang enggak bisa saya tuliskan di web itu. Maklum pembacanya anak-anak. Oke sekarang waktunya.
Sumpah, saya enggak habis pikir dengan orang-orang kita. Kalian bisa menjadikan hal perkosaan sebagai bahan becandaan? Gimana rasanya kalau yang diperkosa itu anak perempuan kalian? adik kalian? apakah kalian masih bisa tertawa selapas itu?
Jika memang perempuan sudah tidak perawan lago, apa artinya dia boleh diperkosa? Dia boleh dilecehkan harga dirinya? Jika perempuan yang sudah tidak perawan itu adalah anak perempuan kalian, adik perempuan kalian atau malah ibu dan istri kalian, apakah bisa cengiran dan kata maklum itu keluar dari mulut kalian?
Ini yang disebut budaya timur nan agung? Ketika kejahatan terus terjadi pada perempuan, selalu yang kalian tuding perempuannya. Hanya karena kalian enggak bisa menyarungkan sahwat kalian lalu kalian bisa tertawa begitu saja?
lepaskan, tolong lepaskan tasbih itu dari tangan kalian. Sorban itu dari bahu kalian atau peci itu dari kepala kalian. Tolong....lepaskan!!!!