Sunday, June 8, 2014

Tian, You Had Me At Hello!

Bahagia. Kata itulah yang selama dua tahun ini menghiasi dang melengkapi kehidupan saya dan mr rius. Sejak kehadiran Tian dalam hidup kami, rasanya segalanya menjadi begitu indah dan membahagiakan. Oh iya, pasti ada juga dong masa-masa bete, kurang tidur ataupun masa-masa susah lainnya. Tapi ya semua itu gak ada artinya kalau melihat apa yang kami miliki saat ini bersama Tian.

===================================================
You had me at Hello. Itu kalimat yang paling bisa menggambarkan perasaan saya pada Tian. Sejak pertama kali melihatnyaa di layar monitor USG DSOG, saya langsung jatuh cinta padanya. Meskipun saat itu usia kandungan saya baru 1 bulan dan Tian masih terlihat hanya kantung saja belum berbentuk. Tapi mendengar detakan kehidupan dari rahim saya membuat saya langsung merasa dia selalu dekat dan ada buat saya. Dan itulah yang memang terasa.

Kehamilan Tian di trisemester pertama memang bukanlah hal yang mudah. Saya ngalamain apa yang disebut hyperemesis. Dan itu membuat saya justru kehilangan berat badan sampai 8 kg di awal kehamilan. Muntah dan mual disepanjang waktu jadi keseharian saya. Malahan di bulan pertama saya sampai diultimatum dokter untuk masuk RS karena tak ada sedikitpun makanan yang bisa masuk ke perut saya. Boro-boro masuk. Baru nyampe tenggorokan saja sudah langsung keluar lagi.

Banyak cara saya lakukan untuk membuat makanan berjaya samapai di usus. Mulai dari gak akan pedes sama sekali, minum wedang jahe, menghirup minyak kayu putih samapai menutup rapat-rapat kamar agar bau makanan tidak samapai di hidung saya. Hahahaha.....alhamdulillah sukses gagalnya. Bukan hanya gak bisa makan, melihat makanan saja bikin saya muntah. Padahal hanya di tayangan TV. Seolah-olah bau masakannya tercium sampai di hidung saya. Hadeuhhh....

Obat anti mual dari dokterpun gak mujarab. Meskipun saya suda bergenti-ganti merek obat dengan dosis yang katanya terus ditinggikan. Gak ngaruh.

Awalnya saya yakin ini semua bakalan selesai di trisemester pertama saja. Tapiiiii....sukses tuh berlanjut sampai saat saya mau melahirkan hahahahahaha. Hanya saja keadaan jauh lebih bisa saya kontrol ketimbang di bulan-bulan pertama.

Keberhasilan saya mengendalikan keinginan memuntahkan semua makanan yang masuk sebetulnya seiring sejalan dengan perkenalan saya pada Getle Birth. Perkenalan yang juga secara tidak sengaja terjadi.

Saat itu saya iseng browsing soal melahirkan. Dan saya nemu soal water birth. Cari punya cari saya nemu tuh kalau di Bandung ada jga ternyata yang melayani melahirkan di air ini. Berbekal baca di laman facebook milik provider yang melayani water birth inilah saya meemukan istilah baru. Gentle Birth. Perkenalanpun saya lanjutkan lebih dala dengan membaca tulisannya mas Reza Gunawan dan Dewi Lestari.

Membaca tulisan mereka itu membuat saya menangis. Rasanya kok bahagia banget ya? Rasanya kok indah banget ya?

Sayapun makin rajin membaca soal Gentle Birth. Meskipun banyak temen yang bilang hamil sayakan masih muda kok udah baca soal melahirkannya? Hey...bukannya kalau hamil ujungnya di melahirkan juga?Jadi rasanya sih gak salah. Lagian kemudian saya menemukan banyak hal kalau ternyata Gentle Birth gak melulu soal melahirkannya. Konsep inikan harus dimulai sejak awal. Sejak "mau bikin" malah harusnya hehehehe. Meskipun merasa agak terlambat, tapi saya merasa masih punya banyak kesempatan buat mengejar ketertinggalan soal Gentle Birth ini.

Langkah berikutnya setelah encari banyak referensi soal Gentle Birth adalah mengajak suami saya terutama buat tahu apa dan bagaimana Gentle Birth itu. Mulailah saya mengcopykan banyak bacaan buat Mr. Rius. Mengajaknya berdiskusi hingga mengajaknya ke seminar Gntle Birth yang waktu diadakan di Bandung oleh provider Water Birth yang saya ceritakan di awal tadi. Disanalah saya mulai mengenal Mbak Dyah Pratitasari. Saya juga ketemu sama bidan Tantri dan Bidan Okke. Senangnya bisa belajar banyak hal.

Seiring berjalanya waktu, saya mulai aktif membaca bukunya Bidan Yessie, laman Bidan Kita sampai ikut seminar di Rs Bunda. Saya, Mr Rius dan seorang teman yang hamilnya berengan jadi rajin belajar untuk mempersiapkan yang terbaik buat buah hati kami.

Gentle Birt membuat saya memahami apa maunya "Utun" di perut saya. Saya jadi tahu apa yang dia pengen makan da apa yang tidak. Dengen begitu frekuensi muntah saya jadi berkurang meskipun masih tetap muntah ya hahahaha. Saya juga masih bisa menghadapi dengan tenang situasi ketika air ketuban saya tiba-tiba rembes di bulan ke-8. Padahal saat itu saya hanya tinggal seorang diri di kamar kosan. Oh ya selama hamil saya tinggal sendiria di Jakarta karena Mr Rius tinggal di Bandung. Gentle Birth juga membuat saya "berdamai" dengan keadaan da rasa marah saya pada Tuhan, mamah dan keadaan. Maklum, ini kehamilan pertama saya dan saat itu mamah sudah semakin parah terserang dimentia. Dimentia yang diidap mamah ini membuat mamah tak lagi mampu mendampingi anak-anaknya. Jangankan mendampingi, mengingat anak-anaknyapun sudah tak bisa. Saya baru menyadari kemudian, sebagian emesis saya justru diakibatkan dari rasa amarah saya yang begitu besar pada keadaan ini.

Setiap kali periksa kandungan rasanya iriiiii sekali elihat orang lain yang datang ditemani oleh orang tuanya terutama ibu. Sementara saya? cukup diantar Mr Rius. Eh segitu juga Alhamdulillah ya, masih punya suami siaga hihihihi.

Sampailahsaya di minggu 39 dan utun masih belum enunjukkan tanda-tanda mau ketemu. Cemas? Pastilah. Sementara teman sekantor yang hamilnya berengan malah udah brojol duluan. Saya juga tinggal sendirian di Jakarta jauh dari keluarga dan suami. Akhirnya di minggu ini saya memutuska mengambil cuti melahirkan dan mengemasi segala barang-barang untuk pulang ke Bandung.

Bingung, cemas, takut. Wahhh semua jadi satu deh di masa-masa penantian ini. Berenang, jalan pagi, makan durian, makan rujak ekstra pedas sampai sibuk berbelly dance jadi menu utama selama cuti. Tak ada tanda-tanda utun mau ketemu saya.Ahh rupanya kesabaran saya diuji lagi nih.

Lucunya, saya pernah membujuk Utun buat lahiran di tanggal 6 Juni. Saya pengen banget Utun lahir sama dengan Presiden pertama RI. Tanggal 5 Juni waktnya saya kontrol ke Bidan Okke. Oh ya, sejak hamil minggu ke 37 saya berhenti ketemu DSOG dan saya rajin ketemu bidan. Luunya, saat mau menentukan kira-kira dimana ya saya akan ketemuan dengan Utun, saya dan Mr Rius mendatangi hingga 5 bidan dan 3 Rs Bersalin hahahahahaha. Eh itukan sesuai dengan petunjuk di Gentel Birth. Wawancarai dulu provider anda, cari tahu bagaimaa nanti pelaksanaan hari H nya. Ini juga kami lakukan sesuai dengan Birth Plan yang kami buat. Artinya meskipun kami sudah memilih untuk dibantu Bidan Okke, tapi kalau kenyataannya kami gak jodoh dengan bidan Okke, ya kami harus siap dengan rencana lainnya. Soal Birth Plan juga sudah kami susun dengan mereka yang kami pilih buat membantu kelahiran utun. Termasuk jika ternyata saya harus dioperasi.

Saat kontrol tanggal 4 Juni itu, sambil menunggu waktu kontrol, saya dan Mr Rius naik motor hingga ke Lembang. Huahahahaha ibu hamil tuasenangnya motor-motoran. Gak mual? Di jalan sih enggak. Tapi begitu sampai, ya langsung muntah xixixixi. Begitu samapai dan kami mau sholat, Bidan telepn fan bilang sudah bisa kontrol. Jadilah begitu samapai Lembang kami balik lagi naik motor ke Dago buat kontrol bidan. Ckckkckck......ibu hamil yang aneh.

Namun rupanya masi belum ada tanda bukaan sama sekali. Sedih? Iya dong

Sayapun sadar kemudian dan minta maaf sama utun. Saya yakin utun akan memilih sendiri waktu yang tepat buat ketemuan. Oh ya sedari awal saya sudah pernah bilang sama utun buat kasih tanda kalau mau lahiran. Misalnya nendang saya 3x dan saya bakalan pp ke kamar mandi. Tapi gak tau kenapa kok saya malah lupa ya sama hal ini?

Tanggal 6 Juni, sore hari, saya sengaja jalan kaki ke mini market dekat kompleks rumah. Berjalan kaki tentunya. Perjalanan sejauh 5km itu saya isi dengan ngobrol bareng utun. Biar ah dianggap gak waras karena ngobrol sendiri, yang penting bonding kami kuat hahahaha. Malam harinya hujan turun dengan deras dan membuat harus Mr Rius tidur di rumah orang tuanya sementara saya tidur di rumah orang tua saya. Sepanjang malam saya gak bisa tidur. Bolak balik ke kamar mandi. Pengen BAB. Herannya kok keluarnya cuman sedikit-sedikit ya? Padahal mulesnya banget. Jam 2 pagi tanggal 7 Juni saya baru sadar. Alamak janga-jangan ini tanda-tanda cinta dari Utun. Soalnya, sore hari saya juga sempet nemuin flek di celana meski hanya sedikit sekali. Saat itu saya abaika saja pertanda itu. Sayapun telepon Mr Rius dan bilang kayaknya besok musti ketemu bidan lagi deh. Mulas dan ada flek.

Pagi hari Mr Rius datang. Dan mulasnya makin menjadi. Siang hari saat kontrol ternyata benar, saya sudah bukaa 2. Ahhh senangnya. Meskipun sadarbelum tentu juga bisa ketemu epat. Tapi saya optimis segera ketemu Utun.

Sambil menunggu waktu, saya dan Mr Rius denga diantar teteh dan suaminya serta ponakan jalan-jalan sepanjang Pasteur hingga Antapani Bandung. Tadinya mau pulang dulu tapi rupanya Gelombang cinta Utun makin besar dan teteh menyarankan buat menunggu di tempat bidan aja. Jadilah saya sudah mondok dari ja 4 sore di tempat bersalin. Dan sudah bukaan 4.

Dengan kamar bersalin yang cukup cozy, didampingi keluarga bahkan ponakan yang baru berumur 1,5 tahun saya menyambut waktu kedatangan utun. Di tengah gelombang cinta yang makin terasa, saya masih sempat tertidur. Sakit? Hemmm iya sih tapi bidan dan mr rius terus mengingatkan buat nafas dan tenang. Mungkin karena ada musik pegiring dari Richard Clayderman dan The Beatles, rasa sakitnya menjadi jauhhh berkurang. Rupanya utun juga gak sabar ketemu ambunya. Maka bukaan komplitpun sudah terjadi pas jam 12 malam. Kira-kira sih bukaan yang saya alami terjadi setiap sejam.Crowning pertama utun saya melihat rambutnya yang lebat dan hitam. Haduhhhh jadi gak sabar xixixixixixi.

Lucunya pas bukaannya komplit, saya malaham enggak pengen lagi tuh buat mengejan hehehehe. Sampai kemudian akhirnya tepat pukul 00.30 pagi tanggal 8 Juni 2012 utun pun meluncur dan lansung di simpan di dada dan dekapan saya.

Hai handsome. It's mom. Ini Ambu sayang dan itu Abi.
Tian sesaat setelah dilahirkan


Senang, lelah, bahagia dan semuaaaaaa rasa tumplek jadi satu. Saking sibuknya memandangi tian dan memulai proses IMD, saya samapai gak ngerasain waktu bidan harus menjahit. Iya, saya masih harus dijahit juga meski hanya 2 gak gak terlalu panjang. Tak mengapa lah yang penting Tian lahir dengan sehat dan selamat.

Utun lahir pada saat pila Eropa dimulai. Itu sebabnya kami memberinya nama Bastian. Yah sedikit seperti Bastian Schweinsteiger, pemai bola asal Jerman.

Kami memilih proses burning cod saat melepaskan Tian dari kakak plasenta. Proses burning dilakukan setelah 10 jam kelahiran Tian.
kakak plasenta


===========================================

Saya tahu banyak hal yang tidak sempurna dari proses kelahira Tian kalau dilihat dari metoda Gentle Birth. Saya masih mengejan, saya juga masih mengalami sobekan. Tapiii itu suda cukup. Gentle Birth bagi saya membuat saya memahmi apa arti tanda-tanda yang diberikan oleh tubuh saya. Apakah ia menolak atau menginginkan sesuatu.Gentle Birth juga membuat saya jauh lebi bersabar. Dan sungguh ilmu itu terpakai samapai saat ini. Meski terkadang saya kesal dan marah pada Tian, namun saya segera sadar kalau pasti ada sesuatu yang mungkin diinginkan Tian yang saya gak mengerti. Gentele Birth membuat saya mampu memahami, meski gak selalu, apa mau Tian.

Saya ingat, saat pulang dari tempat bersalin, 52 jam setelah kelahirannya, Tian menangis terus. Disusui gak mau. Digendong tetap menangis. Sayapun panik. Semua keluarga yang saat itu menengok ke rumah mengajukan pemikiran mereka masing-masing. Ahhhh riweuh bin ribet deh semua. Samapai pusing dan membuat saya down. Sayapun menangis. Haduhhh baby blues nih pikiran saya. Tapi saya ingat kemudian hal yang biasa saya lakukan saat hamil setiap kali saya mual dan muntah hebat, ngobrol dengan Tian.

Pintu kamar saya kunci. Mr Rius saya minta menggendong Tin. Saya diam sesaat. Menghela nafas panjang. Mengubah pikiran positif menjadi negatif. Saya setel lagu yang biasa saya dengarkan saat melakukan relaksasi dan ngobrol dengan Tian. Tianpun saya gendong kembali. "Ade Tian sayang, maafkan ambu ya nak. Ambu enggak ngerti maunya ade apa samapai ade menangis begini. Ambu sayang sekali sama ade. Ini pertama kalinya ambu jadi ibu. Ade juga pertama kalinyakan jadi anak dan lahir ke dunia? Nah gimana kalau kita sama-sama belajar? Ambu belajar ngerti apa maunya ade dan ade belajar mengerti ambu yang masih kaku. Yuk sayang. Bisakan? Pelan-pelan ya kasih tahu ambu apa maunya ade."

Ajaib, tangis Tian pun reda. Saya bisa menyusui Tian kembali. Baru beberapa menit kemudian saya sadar ternyata Tian gak suka dengan puting kiri saya. Rupanya puting kiri saya kurang panjang dan enak di lidahnya dibandingkan yang kanan. Sayapun tidak memaksakan Tian menyusu dari Pd Kiri. Untuk bisa menyusui denga PD Kiri, setiap kali hendak menyusui saya harus memompa dulu putingnya hingga lebih berbentuk seperti puting PD Kanan.Kemampuan membaca apa yang diinginkan bayi inilah hasil nyata Getle Birth bagi saya.

Oh ya, saya ingat saat seminar Gentle Birth di Bandung, ada seorang ibu yang bertanya apakah benar bayi Gentle Birth itu gak bikin ibu bapaknya begadang? Saat itu mbak Prita bilang, iya.Entah gimana kok saat itu saya merasa kita sebagai orang tua kok egois ya hahahaha. Kesannya pengen enaknya aja sampai gak mau juga kebagian begadang. Padahal dede bayikan punya jam biologisnya sendiri yang gak bisa diatur semaunya sama orang tuanya? Atau barangkali baby punya keinginan yang gak dimengerti oleh orang tuanya.

Saya paham bahwa proses kelahiran Tian masih jauh dari Gentle Birth. Tapi bagi saya, Gentle Birth sudah mengajarkan saya untuk lebih bisa paham bagimana menghadapi kehamilan, proses melahirkan dan sesudahnya. Tian kini sudah tumbuh besar. Meski tubuhnya tidak gemuk bahkan cenderung kurus, Tian sanagat aktif dan cerdas. Dia sudah bisa berjalan di umur 9 bulan. Hafal lebih dari 20 lagu-lagu anak dan surat Al Fatihah di usia 22 bulan dan yang jelas yang mebuat saya bangga adalah Tian selalu bisa menghibur saya di kala saya sedih. Beberapa kali saat setelah sholat saya menangis, Tian langsung memeluk dan mengelus punggung saya. Ahhhh terima kasih Tuhan. Malaikat mu suda turun di rumah kami.