Monday, December 27, 2010

Fiksi 2

Demi kepentingan cerita kita kali ini sebut saja tokoh kali ini bernama Bunga. Mahasiswi sebuah universitas Islam di kota kembang. Bunga punya banyak penggemar. Maklumlah dia punya wajah yang lumayan indah untuk dipandangi. Belum lagi kesenangannya untuk sekedar ngobrol, maka tak salah jika kemudian ia banyak punya kumbang yang siap datang untuk menghisap madunya.

Bunga kali ini jatuh hati pada seorang laki-laki yang sudah siap menikah, laki-laki yang ia kenal di suatu tempat. Entah karena begitu butanya cinta yang ia miliki entah karena sang kumbang tengah berada di kesepiannya, mereka menghabiskan waktu bersama. Pergi berenang dan menampangkan bukti-bukti kemesraan mereka di sebuah situs jejaring sosial menjadi aktivitas keseharian mereka. Bunga dan sang kumbang lupa bahwa situs jejaring sosial adalah tempat umum. Tempat yang bisa siapapun mengaksesnya. Maka sudah bisa diduga gambar-gambar setengah telanjang merekapun terhampar banyak di media ini. Namun, apa lacur mereka tengah kasmaran sehingga lupa pada banyak hal. Bahkan pada kata kesopanan.

Bunga pun lupa pada tata krama yang sudah turun temurun diajarkan dalam keluarganya. Begitu butanya cintanya pada sang kumbang membuat ia tak tahan untuk selalu menjaga dan mengekang sang kumbang. Dimintanya sang kumbang untuk memutus hubungan pada dunia luar. Kumbang dibiarkan bertekuk lutut di ketiak bunga. Bunga kalap. Bunga tak peduli pada apapun. Bunga bahkan rela merendahkan dirinya untuk menghajar siapapun yang dilihat dan dirasakannya mendekati kumbang. Kata-kata kasar keluar dari bibir merahnya. Kata-kata yang hanya bisa dikeluarkan oleh orang tak berpendidikan. Bukan bunga.

Saya tak mengerti mengapa cinta harus selalu membutakan? Apakah tak cukup kata mengerti? Apakah tak cukup kata keterbukaan dan pengertian?
Seorang teman pernah berkata tentang pengalamannya bercerai dari sang suami akibat perempuan-perempuan seperti bunga. Namun sungguh, saya tak habis mengerti tentang ini. saya juga tak mengerti mengapa seorang bunga yang cantik mampu berbuat di luar batas dengan segala kata-kata kasar yang keluar dari bibirnya?

Mempertahankan apa yang kita miliki adalah suatu kewajaran. Namun ingatlah juga bahwa kita tidak bisa menggenggam sesuatu begitu eratnya hingga lupa kalau bahwa yang kita genggam itu adalah makhluk hidup. Punya rasa, punya keinginan.

No comments: