Monday, December 20, 2010

DBS

Katanya nama yang diberikan oleh orang tua itu sebetulnya doa agar anak yang terlahir menjadi anak tepat seperti apa yang diharapkan ibu dan ayah sang jabang bayi. Misalnya kalau diberi nama Yusuf, bolehlah orang tua bercita-cita anaknya memeiliki wajah setampan manusia paling tampan di jagat ini. Nabi Yusuf. Seorang laki-laki yang begitu tampannya hingga mampu membius perempuan manapun yang melihatnya. Tak hanya perempuan, kalangan sejenisnyapun pasti akan tertarik melihat ketampanannya.Para perempuan rela membiarkan tangan mereka tersayat pisau dan bahkan tak mampu merasakan apapun. Bukan hanya karena ketampanan rupanya saja, Nabi Yusuf juga memiliki hati yang tak kalah tampan dengan fisiknya.

Lain lagi kalau nama yang diberi berdasarkan hitungan angka kelahiran. Eka, Dwi, Tri atau mungkin Sapta disandingkan sebagai sebuah nama, itu untuk menandakan anak ke berapa sih mereka dalam keluarga. Yah apapun itu bolehlah dibilang kalau nama dibuat untuk menjadi doa.

Namun, cerita ini bukan tentang doa walo masih tentang nama. Alkisah semasa duduk di bangku sekolah menengah dulu, saya dan 3 orang teman seperjuangan punya ketakutan pada 1 nama. Ginting! ihhh setelah bertahun-tahun ternyata tetap saja saya selalu bergidik.

Ceritanya berawal dari Wiena, teman dekat saya, selalu merasa terganggu oleh ulah seorang kakak kelas kami yang rajin menatap wajahnya sambil tersenyum-senyum gak jelas. Kayaknya sih naksir Wiena. Cuman jelas sekali terlihat dia gak berani mendekat lebih pada Wiena yang memang sangat super duper judes. Singkatnya kakak kelas ini jadilah musuh bersama kami. Ngeri banget deh melihat bagaimana kakak kelas ini yang kemudian kami tau namanya Bobi ini menatap Wiena setiap kalai bertemu. Yang paling parah lagi, kelas kami yang memang langsung berhadapan dengan toilet sekolah, seringkali menjadi tempat yang strategis buat Bobi ini untuk memandangi Wiena dan segala aktivitasnya. Parno lah kami semua sama makhluk ini. Hahahaha. Saya lupa kenapa akhirnya kemudian Bobi ini berhenti memandangi Wiena. Entah karena hardikan hatning, salah satu anggota geng saya yang punya badan besarrr, atau karena kami melapor? Ah tak masalahlah.

Namun yang jelas cerita gak berakhir karena kemudian barulah kami tau kalau nama sesunguhnya adalah Ginting dan Bukan Bobi!! Nah fobia saya dan Wiena pada nama Ginting lebih karena makhluk aneh itu sebetulnya hehehe.

Nah kalau cerita yang sekarang bukan karena fobi. Tapi justru nama yang bikin saya selalu pengen muntah tiap kali mendengarnya. Nama yang kemudian menjadi enemy of the state buat banyak orang di kantor. Sebut sajalah namanya DBS. Tak perlulah saya memberi kepanjangan namanya. Nama ini sudah 1 tahun terakhir ini jadi nama yang paling males banget saya denger disebut orang. Dan rupanya, banyak orang yang punya rasa yang sama dengan saya.

Sebutlah gayanya yang sok asyik, bossy nya dia, sampe kemudian genderang perang yang sengaja dia tabuh saat saya sedang dalam keadaan yang tidak baik, rasanya cukup untuk membuat saya punya alasan membenci orang ini. Kesemuanya terlengkapi saat teman baik saya disakiti lahir dan batin olehnya. Oke, adalah sedikit bagian dari kontribusi teman saya itu pada kejahatan yang dibuat DBS ini pada dirinya. Tapi tetap, sebagai seorang perempuan saya benci dengan apa yang sudah ia lakukan pada sahabat saya ini. Mempermalukan sahabat saya di depan banyak orang dengan bertindak bak banci di taman lawang.

Ketidaksukaan saya ini masih terus berlanjut pada orang ini. Bahkan kalau dia masuk ke kubikel saya, pengen banget rasanya nonjok muka sok innocentnya itu buat sekedar membuat impas atas semua salah dan dosa dia pada banyak orang yang saya kasihi. tenang, saya masih berpikir waras dan menahan rasa itu.

Anyway, di rumah sekarang lagi ngebangun kamar mandi. Kamar mandi yang dulu bener-bener sudah gak menyenangkan lagi buat diajak nyari inspirasi. Jadilah kami memugarnya. nah yang menarik adalah saat saya masuk dan melihat toilet baru kami kagetlah saya kalau ternyata merek toiletnya adalah DBS!! Huaaaa, senang banget. Seneng karena kok rasanya hasrat saya buat melampiaskan segala emosi di jiwa buat segala kejelekan yang dibautnya bisa impas. Ah Tuhan punya jalan sendiri rupanya buat saya mengelola emosi saya. Oke deh, makasih Tuhan. And as for you DBS, here is my feces for you. Things that worthwhile for every single bad things that you've been done.

Bandung, 16 Desember 2010
1 jam setelah berhasil memerawani kamar mandi baru

No comments: