Wednesday, December 22, 2010

Jealoussy

Saya tahu setiap orang punya jalnnya masing-masing. Punya rejekinya masing-masing. Tapi bolehkan kalau sesekali saya mengatakan saya iri sama nasib orang? Sekali aja kok. Gak sering-sering amat kok. Bukan apa-apa, saya lagi merasa begitu hari ini.

Membaca postingan seorang teman yang nampaknya lagi hamil muda membuat saya tiba-tiba merasa ada yang kurang dengan hidup saya dan merasa teramat sangat iri pada apa yang dipunya sama teman saya itu. Bagimana tidak. Dia jauh lebih muda daripada saya dan dia punya yang saya gak punya: Sebuah Keluarga!

Ah saya benar-benar cemburu. Iri. Dan entah kata apa lagi yang bisa mewakili perasaan saya itu.

Dia punya seorang ibu yang saya sekarang sedang berusaha untuk menemukannya lagi. Dia juga punya seorang tempat dia berbagi. Dia punya suami tempat dia bermanja, membagi rasa dan membagi cita. ya, saya punya pasangan saya sekarang. But somehow saya tak kunjung bisa menemukan "bara" di matanya. Entah karena saya yang terlalu lebay atau karena dia yang terlalu "dingin". Saya juga sedang sibuk meredakan frustasi di hati dan kepala saya. Saya tak kunjung merasakan "kebutuhannya" pada saya. Dan yang jelas ia tak kunjung menunjukkan keinginannya untuk menjadikan saya sebagai pelengkap hidupnya. Sebagai perhiasan baginya. Sebagai sahabat bagi hidupnya.

Dan yang paling saya iri dari teman saya itu adalah dia tengah menanti sesuatu yang sangat besar. Seorang anak.

Saya juga tak tahu mengapa saya begitu menginginkan yang satu itu. Apakah hanya bentuk keegoisan saya saja atau bagimana. entahlah. Sya ingat membaca buku Elizabeth Taylor tentang keengganannya memiliki anak. Ada banyak alasan untuk punya anak dan kebanyakan hanyalah karena kepuasan memenuhi nafsu semata. Ah tak ingatlah saya pada banyak alasan itu.

Saya tahu kok saya gak boleh iri. Tapi benar. Sekali ini biarkan saya menikmati ke-cemburu-an dan ke-iri-an saya pada teman ini. Karena dengan begitu saya tahu saya masih manusia biasa yang belum berubah menjadi dewa.

No comments: