Monday, February 7, 2011

Hidup itu Ijon

Judul ini saya co-paste dari tulisan mantan bos. Agak geli membaca tulisannya tapi beneran saya juga (dan mungkin banyak orang lainnya) "ngerasanin" banget apa yang di tulis mantan bos saya itu.

Ceritanya sih apalagi sih selain keluh kesah seperti biasanya manusia dengan tingkat kebutuhan bermacam-macam? Yup, saya dan juga mantan bos (juga teman-teman sekantor lainnya-mungkin) termasuk orang yang merasakan kelonggaran pada pernafasan setiap kali kalender sudah menunjukkan angka 26. Bagaimana tidak? Itu berarti tengah malam nanti pundi rekening kami kembali terisi setelah berhari-hari diabiarkan kering tanpa ada sisa sedikitpun oleh si empunya. Tanggal segitu artinya hari bebas dari kantong kering, makan seadanya dan banyak lagi hehehe.

Selain rasa senang, ada juga rasa lain yang ikut. Apalagi sih selain rasa miris mengingat betapa dengan mudahnya rekening tabungan langsung kosong. Yup, secepat kilat angka-angka yang tadinya tertulis dengan sangat mengagumkannya itu berubah menjadi angka nol besar gara-gara beralih pada rekening oarang lain....bayar utang.

Beneran kan hidup adalah ijon?

Saya dan mantan bos ini memang punya kesamaan (selain tentunya perbedaan yang sering bikin kami ribut di kantor dulu). Sama-sama memiliki gaji diatas 10 koma yang artinya selepas tanggal 10 garis kehidupan kami berubah menjadi koma :(

Selepas minggu kedua (yang entah bagaimana kok nyampenya cepet banget), mulailah ketar ketir bagimana seharusnya meneruskan kehidupan.

Mungkin banyak orang yang menilai hidup saya jauuuuhh lebih menyenangkan. Bagaimana tidak, saya masih single dan belum punya tanggungan, ayah yang pensiunan Telkom dan beberapa kebutuhan semisal komunikasi maupun kesehatan sudah ditanggung kantor. Sayangnya sih apa yang dilihat orang belum tentu seperti kejadian sesungguhnya :(

Oke, saya memang belum berkeluarga tapi saya juga punya kewajiban untuk membantu keluarga. Dari mulai membayar si bibik di bandung, uang belanja di rumah sampai membeli beberapa kebutuhan si kecil Eping dan adiknya.Belum lagi kewajiban saya buat bayar kosan dan gak lupa dong jatah makan saya dan mr rius.

Ini sungguh bukanlah suatu penyesalan. Sungguh. Saya bersyukur pada apa yang Tuhan sudah beri pada saya selama ini. Saya selalu percaya semakin banyak yang kita keluarkan terutama buat keluarga dan yang membutuhkan, maka semakin besar pula Ia berikan pada kita. Bolehlah dibilang kalau mau lancar rejeki maka lancarkan juga memberinya. itu sebabnya saya tidak pernah menyesal mengeluarkan banyak sekali dari penghasilan saya buat kebutuhan keluarga. Walau seperti yang dibilang mantan bos saya dan mr rius, bahwa saya harus berpikir logis alias menghitung-hitung antara apa yang saya dapat dengan yang saya keluarkan. Entahlah, saya masih begitu keras kepalanya menganggap bahwa urusan rejeki ga ada kata logis huahahaha....

saya ingat saya dulu punya teori bahwa Tuhan entah bagaimana kalau sudah menetapkan kebutuhan seseorang sejumlah A maka sejumlah itu pulalah rejeki yang diberinya. Terlepas apakah itu berupa uang atau barang. terlepas juga apakah itu berasal dari penghasilan sendiri atau pemberian bahkan pinjaman dari orang. Apa yang kita dapat ya itulah rekeji kita.

Dulu seringkali saya heran-heran sendiri bagimana bisa saya bisa membiayai kehidupan saya sendiri (dan orang-orang di sekitar saya). Saya ingat bagaimana saya masih bisa menikmati beberapa makanan yang enak-enak di beberapa tempat makan di kota Bandung disaat saya sedang jobless. Di saat itu saya juga masih bisa memenuhi kebutuhan mr jerk. Dimulai dari kebutuhan makan sehari-harinya dulu sampai kebutuhan sandang dan tersier dia. Saya ingat dulu ketika masa kuliah, orang tua mr jerk hanya bisa memberikan ia uang bayaran sekolah, maka kebutuhan ia untuk makan dan transportasi somehow bisa saya penuhi. begitu pula saat adik-adiknya ga punya cukup bekal, saya masih bisa memberi mr jerk cukup uang buat bekal adik-adiknya.

Itu baru kebutuhan pokok. Belum lagi kebutuhan lainnya. Misalnya saat ia butuh sekali hp, saya masih bisa memberinya seperti apa yang iamaui. dan ini masih terus berlanjut bahkan saat ia sudah memiliki pekerjaan. Namun saat itu dengan penghasilannya yang tak seberapa itu, yang seringkali ia berikan semuanya pada saya untuk dikelola, saya harus putar otak untuk bisa mencukupi kebutuhannya. Bayar kosan, uang makan, jajan, rokok, transport, ngasih adik-adiknya, ngasih ke ortunya dan jangan lupa perjalanan sebulan sekali ke lembur. Belum lagi kalau salah satu dari mereka jatuh sakit. Sutralah, pengeluaran tiba-tiba banyak sekali. Seakan belum cukup, saat vepy ada beratus-ratus bahkan mungkin berjuta-juta uang harus saya keluarkan dari kocek untuk mendandani vepy biar nyaman untuk digunakan mr jerk. Fiuhhh....

Lihat, banyak sekalikan? Tapi entah bagimana Tuhan selalu bisa memberi saya lebih. Sampai hari inipun saya masih terpukau dengan banyaknya rejeki yang saya dapat yang entah darimana datangnya. Jujur, saya ridho juga memberi semua itu. Anggap sajalah sebagai sedekah.

itu juga yang membuat saya sekarang seringkali merasa "jengah" pada apa yang dilakukan mr rius dengan segala tindakan penghematannya. Hihihi somehow saya merasa bedanya tipis ya antara hemat dan pelit. Tapi saya gak bisa pungkiri saya belajar juga dari mr rius untuk mulai bisa menyisihkan uang (meski agak sulit).

Untungnya sih sampai saat ini saya masih merasa berkecukupan. Dalam artian saya gak perlu berlaku seperti mantan bos atau beberapa orang teman yang setiap tanggal 10 berlalu sudah sibuk kasak kusuk mencari pinjaman untuk menutupi kebutuhan, setidaknya sampai tanggal 26 tiba. Saya gak perlu mengandalkan para pengijon buat meneruskan kehidupan saya, meski kadang bingung juga kok ya pendapatan saya gak seimbang banget sih dengan pengeluaran, kalau diitung-itung di atas kertas.

kalau sudah begini inget juga sama nasihatnya Safir Senduk, "kalau tidak pernah cukup, jangan-jangan bukan karena anda boros, tapi gaji anda yang terlalu kecil"

Yihaaa pak....masa iya saya musti nuntut gaji yang lebih besar? HUHUHU sama impossiblenya dengan saya ngarepin SBY bakal dengan logowo mundur dari jabatannya sekarang kaleeeee. Saya hanya bisa berharap dan percaya kalau Allah tau apa yang saya butuhkan. Allah juga bakal ngasih saya rezeki yang lebih berlimpah dan berkah. saya juga hanya bisa berharap saya diberi Allah rasa cukup, karena hanya dengan rasa cukup itu saya gak bakalan nekat berbuat yang macam-macam demi memenuhi tuntutan kehidupan.

Nah kalau sudah begini, saya mamsih berani gak ya buat memimpikan berumah tangga dan mengadakan acara pernikahan? hueeee zaman sekarang gitu loh, semua-semua dihargai sangat tinggi dududududu

No comments: