Tuesday, February 8, 2011

Anger Management

sepanjang ingatan saya, baru 1x saya meledakkan amarah dengan demikian dahsyatnya. jadi sejauh usia saya di kepala 3 ini bolehlah dibilang saya masih mampu mengelola amarah saya dengan baik. Biasanya kalau saya marah cukup dengan diam atau kalaupun tidak saya hanya akan menangis saja.

menangis sebetulnya jadi pilihan kalau marahnya saya bener-bener bikin saya sakit hati atau marahnya saya tidak cukup diatasi dengan diam. lainnya? saya lebih memilih buat diam kalau marah.

bukan apaapa. sya hanya takut kalau saya marah lalu saya mengatakan sesuatu yang tidak pada tempatnya. saya takut garagara terbawa emosi di jiwa saya bakalan mengucapkan sesuatu yang malah bakalan memperparah keadaan. sebut saja orang yang jadi sumber marah saya itu sakit hati lalu dia berbuat sesuatu yang lebih bodoh lagi. waaa alamat bakalan lebih kacau keadaan.

nah, soal marah besar yang sekali-kalinya saya ucapkan adalah saat saya marah besar sama mantan spv saya. seorang lakilaki banci yang gak pantes punya penis di tubuhnya. wajah, suara, seluruh badan saya marah pada kelakuannya. dan baru sekali itu saya sendiri sungguh takut pada diri saya sendiri. busyett ngeri banget ya yang namanya amarah itu? saya hampir tak ingat banyak detil kejadian. yang saya tau (ini juga cerita seorang teman yang kebetulan melihat saatsaat itu) wajah saya gak karuan. hilanglah sudah trade mark saya yang selalu tersenyum.

diam juga jadi pilihan bagi saya saat mr jerk dan pasangannya sekarang berbuat tidak senonoh pada saya. ah sudahlah saya tak mau mengingat dua orang berengsek macam mereka.

saya ingat dulu sekali saat saya masih pakai baju merah putih saya pernah 2 kali di panggil kepala sekolah garagara saya berantem. berantemnya saya ini juga karena saya marah. tapi berbeda dengan perempuan yang biasanya marah dan kemudian pabanyakbanyak ngomong, saya malah memilih sebaliknya. gak banyak ngomong tapi langsung: HAJAR!! huahahaha.

nah kemarin berhubung saya marah pada Tuhan dan pada ibu saya yang setengah waras, gak mungkin saya hajar. jadilah kemarahan saya yang sudah di ubunubun ini saya lampiaskan pada barang sekitar. salahnya yang saya pilih justru lemari jati tua. duarrrr tepok jidat deh hehehe. lesson learn nya sih bukan cuman sekedar jangan melampiskan amarah pada lemari nan kokok yang hanya akan membuat tangan sakit, tapi lebih pada bagimana caranya memange amarah. yup, anger management.

mungkin saya harus belajar lagi untuk yang satu ini.

tapi hari ini saya bingung melihat bagimana orang-orang dengan mudahnya menebar amarah mereka. tragedi cikeusik dengan matinya 4 orang warga ahmadiyah dan tragedi temanggung dengan pembakaran 2 gereja dan pengrusakan fasilitas publik. kalau saya saja yang pernah merasakan letupan kemarahan merasa begitu lelahnya, padahal saya cuman diam aja, gimana mereka ya?

benerbener ya amarah itu harus bisa dikendalikan. tak ada yang salah dengan perasaan marah. hey, itulah yang membuat manusia sebagai makhluk terkomplit yang diciptakan oleh Tuhan. tapi lain ceritanya kalau kemudian salah satu sifat fitrah yang diciptakan uhan itu malah sama sekali tidak bisa kita kendalikan. bukankah yang membedakan manusia dan hewan adalah kemampuan untuk berpikir dan mengontrol emosi? rasanya saya masih gak rela tuh kalau dibilang ada koneksian antara kita dan kera. biarpun ada berjuta-juta analisa secara ilmiah. ihh sorry ya, saya manusia yang punya akal dan bukan cuman punya rasa aja.

No comments: